19 Desember 2009

Gerimis


Pagi Gerimis. Menganttuk sehabis perjalanan bus, Jember- Malang. Anak-anak perumahan belum keluar dari rumahnya atau belum bangun. dua jam lagi mereka harus di depan rumah, bersiap berangkat sekolah dengan seragam putih merah.jam kuliahku setengah sembilan. menghindari tidur walau sebenarnya aku akan. membuat kopi. sepi sendirian benar. tikus-tikus sudah bersembunyi senyap setelah menghabiskan sekaleng biskuit yang lupa kututup. aku bukan mencurigai tikus, tapi mereka meninggalkan jejak tai di kaleng dan di sekitar tumpukan buku.perumahan mondoroko, sudah disini hampir sedikit lagi setahun. harapan, kangen, cinta, rindu, cita-cita mengaduk menjadi satu dengan marah, sedih, takut, sombong dan sekaligus kosong. rumah ini, rumah pak munir, belum lagi bertemu sejak ku bayar sewa sebelas bulan lalu. dua kamar menjadi kotor dengan sampah dan puntung rokok. mungkin pemiliknya akan sedih melihat harta bendanya kuhancurkan seperti ini. tetapi masih kusisakan kamar mandi tetap terjaga dari wangi.gerimis semakin keras.sebentar lagi hujan.setan tikus tetap tak kelihatan.

14 Desember 2009

Luftan Kemping


Kemping dengan Luftan berlangsung seperti ini: Seperti biasa, saya – selagi Luftan ( 3 tahun 9 bulan) mau mendengarkan- bercerita atau membacakan cerita sebelum Luftan tidur. Malam itu, saya bercerita tentang hutan, fungsi hutan, apa dan bagaimana hutan, gunung, air, pohon, harimau dll. Cerita ditutup dengan kesepakatan: Hari Sabtu kita kemping, kita lihat hutan, kita tidur di hutan. Luftan girang bukan main dan nampak bersemangat sekali. Hari itu masih hari Rabu tetapi saya sudah berjanji.

Sepertinya dia tidak sabar lagi untuk segera tiba. Dia telah berkemas, memasukkan peralatan yang ia perlukan ke dalam tasnya. Saya pernah membelikan tas punggung kira-kira setahun yang lalu, warna merah dan menjadi tas kesayangannya. Hari kamis sepulang dari SMK NEGERI 1 JEMBER , saya melihat isi dalam tasnya: handuk, kaos, celana pendek, sikat gigi warna merah, tempat minum, binocular, slayer warna biru, mobil-mobilan (prototype sedan shubaru impressa) warna hijau, jas hujan yang kebesaran dan kaos kaki warna cyan.

Anakku serius. Saya sendiri tidak jelas, serius atau tidak. Luftan menunggu Hari Sabtu, seperti lama sekali katanya. Maka saya hibur dia dengan cerita binatang atau hewan-hewan berbahaya di hutan, dan kita perlu senjata. Dia keheranan, “wow, senjata?” Saya jawab, “ ya, kita buat senjata.” Kita pergi ke depan rumah, mencari ranting yang cukup kuat. Saya buatkan senjata model “Y” meniru senjata orang-orang pemburu ular. Luftan tambah girang, mempraktekkan cara penggunaan senjata itu bila di hutan dia bertemu ular. Dia mengigau saat tidur, “ hore, hari sabtu.” Pohon.. pohon ...pohon.” Saya mendengarnya sendiri dan kuputuskan saya serius. Ya, kita kemping.

Saya menemui Pak Anton, pembina ekskul PA di sekolah dan meminjam beberapa peralatan kemping. 1 tenda lengkap dengan pasak dan tali warna biru, 2 buah lampu badai, dan 2 jenis kompor, paraphine dan gas. Saya memberikan sedikit uang untuk tambahan kas kegiatan ekskul PA sebagai konsekuensi atas peminjam alat-alat ini. Saya bawa peralatan itu ke rumah. Luftan semakin girang dan yakin. Nampaknya, ada perasaan 100% kita jadi berangkat setelah saya menunjukkan peralatan-peralatan kemping yang saya bawa. Saya menyadari sesuatu, bahwa anak-anak seumur dia dapat merasakan keraguan seseorang dewasa pada janjinya. Kemudian saya berpikir, kemping dimana? berdua dengan anak seusia ini?

Mulanya saya berbicara dengan Mahruz Ali, siswa kelas III multimedia. Dia menyarankan tempat kemping bagus bernama Taman Rimba yang biasa digunakan anak pramuka kemah. Dia memberikan nomer telepon Basori adik kelasnya dan meyarankan saya menghubunginya karena Basori tau tempat itu, tidak jauh dari rumah Basori. Saya menelpon banyak orang setelah diketahui dari Basori bahwa tempat itu tidak bagus lagi, tidak layak lagi sebagai tempat kemping. Tanah datarnya telah digunakan untuk ladang pembibitan oleh PTP ( perusahaan perkebunan). Informasi lebih detil datang dari Ibu Basori (pesawat telepon dipindah ke ibunya setelah saya meminta berbicara dengan ibunya saja) yang mengaku pernah mengunjungi tempat bernama Biskit dengan pohon-pohon besar dan kolam renang, sungai dengan air jernih, mata air pegunungan, biasa digunakan kemping orang dari mana-mana, tetapi banyak hantunya.

Janji berangkat jam 3 sore. Luftan menunggu dirumah. Saya masih mencari tempat yang tepat. Saya masih bingung. Saya putuskan untuk kemping di tempat berhantu atau tidak. Banyak orang tahu, di kantor atau di perumahan saya tinggal, saya tidak mudah percaya dengan tempat-tempat seperti itu. Tapi sekarang saya akan pergi bersama Luftan. Kejadian bulan lalu di sekolah, 4 orang kesurupan termasuk security (Bang Ropik) cukup menggetarkan nyali. Cerita tentang tempat berhantu itu, juga disampaikan oleh Winda (alumni UJP) yang saya hubungi via telepon. Bapaknya jadi polisi hutan di daerah itu mengatkan itu tempat angker. Saya terdiam sejenak. Keberanian saya di uji. Tetapi tidak seperti biasa, karena saya akan menginap di sana bersama Luftan. "Wuuhh."

Saya menulis status di facebok, berharap dapat ide lain dari teman:

Riyadi Ariyanto: jam 3 sore ini, sudah berjanji kepada anakku, Luftan (3 tahun 9 bulan) berangkat camping ke taman rimba, silo. jam ini saya terima info, tempat camping sudah gak bagus lagi. Waah. Anakku sudah siap 3 hari yang lalu.

Sat at 10:33 via Mobile Web · Comment · Like Cuet Cik Cik and 'Lelaki Biasa' like this.
Ratna Gayatri: ajak aja..ke taman singa..jgn ke taman rimba dunk...

Sat at 10:38 · Delete
Iwan Sutiawan: cari alternatif lain mas, kacian tuch... udah ngebet banget kayaknya anakmu.. kayak bapake hoby ngeloyor... kekekeke

Sat at 10:39 · Delete
Ane Mycraft: bikin aja tenda d dpn rmh sing penting merkx kemping xixixixixi

Sat at 10:41 · Delete
Ajeng Tri: Gak bagus menurut informan to pak... Buat Lutfan pasti sangat bagus. Cobalah untuk menjadi dia pak.... give him the best!

Sat at 11:14 · Delete
Kartika Chandra Ginting: @bang riadi : jgn percaya dgn informan abang itu......

Sat at 17:33 · Delete
Anggie Ayuningtyas: Kasian sekali anaknya pak,....pasti kecewa bgt Sebagai gantinya...camping aja di halaman belakang rumah...he..he...daripada jauh2.

Sat at 19:18 · Delete
Saya tertarik dengan komentar Iwan dan Ajeng Tri. Saya menelepon Pak Hendro, teman guru." Antarkan saya ke tempat kemping bernama Biskit. Saya sudah tak ada alternatif tempat lain. Tempat ini berhantu kata beberapa orang dan penduduk sekitar. Saya mau survey dulu, pak. Seperti apa tempatnya, saya mau pastikan tempat ini nyaman buat Luftan." kami meluncur kesana, satu setengah jam sampai di sana dengan sepeda motor Pak Hendro. Saya berbicara dengan beberapa penduduk sekitar hutan. Sebagian besar mengatakan tempatnya angker, sebagaian lagi mengatakan sekarang tidak lagi. Saya teruskan perjalanan menuju tengah hutan. Banyak pohon besar dan sedikit gelap. Bayangan tentang hantu kadang berkurang saat saya melihat indahnya pemandangan. Kadang bertambah takut bila melihat pohon teramat besar yang saya hubungkan dengan cerita satpam sekolah yang kesurupan. Saya juga tidak boleh terlalu lama di sini. Saya menghubungi pengelola dan saya sampaikan, saya akan bermalam di sini malam ini bersama anak kecil. Saat berbicara dengan penduduk dan pengelola, saya mengulang kata-kata bersama anak kecil untuk mendapatkan perhatian. Pak Hendro sedikit melarang dan menyarankan tempat lain yang sulit diterima oleh saya atau Luftan. Saya mendapatkan nomer HP Pak Yono, pengelola dan juri kunci tempat ini. Saya hubungi Pak Yono tetapi sulit sekali saya dengar suaranya. Sepertinya dia tengah berada di undangan walimahan. Begitu berisik. Saya putuskan sendiri, saya akan berada di sini, bersama Luftan malam ini." Bissmillahirrohmannirrohim." Saya pulang. Luftan masih menunggu di rumah.

Tiba di rumah jam 3 sore. Jam berangkat yang saya janjikan. Apa yang terjadi? Luftan tertidur dengan baju kemping lengkap, bersepatu, binocular sudah tergantung di leher dan tas punggungnya berfungsi sebagai guling. Saya membangunkannya pelan,"Luftan, ayo berangkat!"

11 Desember 2009

Ulang Tahun Sekolah

Surat terbuka untuk dua siswa saya yang juga sahabat saya. Rizal dan Basori.

Saya tulis surat ini sebagai apresiasi saya kepada kalian yang berhasil tahu tentang ulang tahun sekolah kita dan sempat memikirkan sesuatu untuk ulang tahun sekolah kita yang ke 54.

Berawal dari undangan kalian di facebook tentang hari ulang tahun sekolah, saya berangkat dari Malang menuju Jember jam 09.00 malam, sampai di rumah jam 02.30 pagi.

Undangan itu:
Tgl. 09 desember 2009 adalah hari ulang tahun sekolah kita yang sekaligus diperingati sebagai hari anti korupsi se-dunia. Apa yang special bisa diberikan warga sekolah untuk rumahnya?.

Undangan ini tentu sangat menarik buat saya karena ditulis oleh seorang siswa kelas dua, menggunakan istilah rumah untuk menyebut sekolahnya. Ini pasti langka dan sangat futuristik untuk pendidikan di negeri ini. "Sekolah adalah rumah bagi semua warga sekolah" masih merupakan mimpi yang belum terwujud. Bila sekolah adalah rumah kita, maka seluruh penghuni rumah akan memberikan yang terbaik untuk rumah kita. Tanpa pamrih, tanpa malas, rela berkorban, penuh perhatian hingga semua warga di dalam rumah, merasa nyamaan dan tentram. Mungkin, hanya orang gila yang ingin menghancurkan rumahnya sendiri.

Empat belas tahun mengajar belum mendengar dari siswa apalagi dari teman guru yang dapat merasakan bahwa sekolah kita seperti rumah kita. Sekolahku adalah rumahku. Luar biasa Rizal dan Basori.

09 Desember 2009 jam 08.00 pagi, tiba disekolah. Tak ada acara ulang tahun sekolah. Tak ada spanduk ulang tahun. Saya bertanya kesana kemari. Tak ada yang tahu bahwa hari itu adalah hari ulang tahun sekolah. Mereka juga tidak tahu kapan itu atau mereka malah bertanya, apa sekolah juga punya hari ulang tahun. Tak ada peringatan ulang tahun, tetapi sekolah memang tidak sepi seperti hari-hari biasanya. Sebagian anak tengah mengikuti ujian praktik, sebagian besar berada di luar kelas, tak jelas apa yang dikerjakan. Mereka duduk-duduk di depan teras kelas , juga ada yang berlarian, ada yang membawa gitar dan bayak yang sedang asyik dengan handphone. Saya melihat kepala sekolah sepertinya hanya sibuk dengan tugas-tugas administrasi, berjalan dari ruang tata usaha ke ruangannya sendiri. Beberapa guru ngobrol dengan suara keras di ruang pokja PSG. Di ruang guru, ada dua orang guru sedang makan nasi bungkus, selebihnya saya tidak tahu lagi kemana. Yang paling menonjol suasananya adalah anak-anak berada di luar kelas tanpa guru, tak jelas apa yang dikerjakan. Kemudian saya mencari Rizal dan Basori.

Di ruang teaching factory, saya bertemu keduanya, si penulis undangan di facebook. Jawabannya seperti ini." tidak ada dukungan pak." "Dak ada yang tau pak kalo hari ini ulang tahun sekolah, termasuk guru-guru". Saya tertawa tetapi juga haru. Saya membela diri, "Masih ada guru yang tahu lo, ya saya sendiri." Kebetulan saya men-gupdate website sekolah akhirnya saya tahu bahwa sekolah ini telah berdiri 54 tahun yang lalu. 10 tahun setelah proklamasi.




Sebenarnya, apa mengetahui hari ulang tahun sekolah itu penting? apa mengenang saat sekolah berdiri ini perlu? apa tidak keluar uang bila menyelenggarakan perayaan ulang tahun sekolah walau hanya sekedar nge-print spanduk di halaman sekolah? apa menghasilkan? apa ada pengaruh positif? ah negatif? atau tidak peduli? masa bodoh? tidak tau? tidak mau tau? Hal iniyang ingin kusampaikan kepada kalian, tentu bukan ingin menjelekkan siapapun tetapi barangkali kita hanya berbeda pendapat tentang makna hari ulang tahun sekolah.Toh, kejadian seperti ini tidak hanya terjadi di sekolah kita. Sayangnya, sekolah-sekolah yang tidak peduli dengan hari berdirinya adalah sekolah-sekolah yang sulit sekali dikategorikan sekolah unggul, apalagi sekolah bertaraf internasional

Salah satu indikator melihat sekolah maju adalah melihat bagaimana cintanya seluruh warga sekolah mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, tata usaha, satpam, pak kebun, alumni, orang tua siswa terhadap institusi sekolah (almamater). Rasa cinta, rasa memiliki, rasa turut menjadi bagian di dalamnya adalah energi luar biasa untuk mewujudkan sekolah yang lebih berkualitas. Sekolah tidak dapat hanya dipandang sekedar tempat mencari nafkah bagi guru dan karyawan. Sekolah tidak hanya sekedar dipandang oleh siswa sebagai tempat pemberi ijazah. Tetapi sekolah adalah rumah kita bersama seperti pendapat Rizal dan Basori. Ada bapak juga ada ibu, ada kasih sayang, ada saling perhatian, ada saling memberi, saling menjaga, mendidik tak kenal menyerah, belajar tak kenal henti dan secara bersama-sama menuju rumah tangga berkualitas untuk menciptakan anak-anak yang siap berkompetisi di luar rumah. Anak-anak yang membanggakan. Anak-anak yang kelak sesekali pulang ke rumah bercerita kepada adik-adiknya, kepada orang tuanya tentang pengalaman mereka diluar. Ah.. indahnya rumah kita.

Apa yang saya harapkan dari undangan kalian tentang hari ulang tahun sekolah kita:

1. Moment.
Hari ulang tahun dapat dijadikan sebagai momentum kebangkitan, kemajuan atau niat tulus menjadikan sekolah yang lebih baik. Anak-anak, guru-guru, atau siapa saja warga sekolah dibuat berdebar-debar menunggu pidato kepala sekolah tentang pencanangan program sekolah anti narkoba, sekolah dengan 0% siswa putus sekolah, visi baru, disiplin baru, semangat baru, pencanangan sekolah terbersih, sekolah hijau dll. Orang-orang bertepuk tangan dan bahu-membahu mewujudkan mimpi barunya.

2. Parent's Day.
Kapan orang tua di undang ke sekolah? Pada saat awal siswa baru karena berhubungan dengan pembiayaan pembagunan sekolah. Tidak ada suatu undangan bagi orang tua yang diatur secara konsisten untuk dapat menyaksikan putra-putrinya unjuk kemampuan, berdiskusi terkait kesulitan belajar, atau sekedar makan bersama di lapangan di bawah tenda sebagai keakraban antara orang tua pertama (ketika di rumah) dan orang tua kedua ( ketika di sekolah) bagi siswa. Hari ulang tahun sekolah dapat dijadikan peristiwa seperti ini.

3. Welcome Back My Sons and Daughters.
Sekolah yang maju pasti tidak lepas dari peran alumni. Cerita mereka di luar sana akan memberikan pengaruh positif terhadap adik-adiknya. Sayangnya, banyak sekolah yang tidak memberikan pelayanan yang baik terhadap alumni. Tidak ada alumni center di sekolah. Sekolah hanya melayani mereka terkait legalisir ijazah, atau mengurus kehilangan ijazah karena rumahnya kebanjiran.

Ribuan anak dilahirkan di sekolah, tetapi sebagian besar, sekali lagi sebagian besar merasa tidak pernah lahir di sekolah, hingga sekolahpun kesulitan melacak dimana mereka (penelusuran tamatan dikerjakan oleh sekolah karena ada tuntutan, karena disuruh atau diminta Jakarta). Alumni juga merasa sulit untuk mengunjungi sekolah dengan beberapa alasan: malu karena tidak jadi pegawai, menganggap dirinya bukan siswa berhasil, ngapain atau guru-gurunya yang mengajarnya dulu sudah pensiun dsb. Siswa yang menjadi menteri, menjadi bupati, pengusaha rumah makan, ahli pemasaran merasa tidak dibutuhkan oleh almamaternya untuk berbicara di workshop, seminar, lokakarya di sekolah yang dapat diikuti oleh adik-adik kelasnya.

kenapa demikian? Saya kembali kepada pendapat Rizal dan Basori, bahwa mereka harus merasa dalam satu rumah. Di rumah kita tidak mengelompokkan anak yang berhasil dan yang gagal, anak-anak datang mengunjungi rumah sekalipun bapak ibu sudah tiada. Seperti orang-orang Belanda mengunjungi perkebunan Kalibaru di Banyuwangi karena kakek neneknya pernah tinggal disana.

Hari ulang tahun sekolah dapat dijadikan kesempatan menyambut anak-anak yang ada di luar sana membagikan ceritanya kepada adik-adiknya, atau membagikan sebagian risqinya kepada adiknya agar tidak putus sekolah, atau membagikan pengalamannya yang barangkali bapak ibu lupa ajarkan.

4. this is me
Sekolah tidak boleh memandang bahwa anak-anak itu adalah obyek. Siswa bukan benda mati yang diproses oleh sekolah dan menjadi produk yang dapat dijual di pasar. Mereka juga subyek (pelaku) yang layak diminta pendapatnya bagaimana memajukan sekolah. Banyak sekolah tidak melibatkan siswa dalam mengambil keputusan-keputusan penting. Perubahan tata tertib, jumlah jam pelajaran, anggaran, motode pembelajaran, seharusnya dapat melibatkan siswa sehingga mereka tidak hanya merasa bahwa mereka hanya diperlukan sebagai petugas upacara. Kepala sekolah harus mengagendakan rapat dengan siswa bukan hanya dengan guru. Kepala sekolah mengundang ketua kelas untuk rapat membicarakan program sekolah. Beri kesempatan mereka presentasikan ide dan gagasannya, bukan di undang untuk hanya dijejali dengan informasi, pengumuman dari guru saja yang seringkali merasa paling benar.

Sehebat apapun sekolah tidak akan dapat menampung seluruh karakter, daya cipta, kreatifitas, rasa, antusias masing-masing siswa. Maka perkenankan siswa menunjukkannya di hari ulang tahun sekolah kemampuan non akademik yang tidak tertampung di kegiatan ekskul. Misalnya, ada kemampuan siswa yang unik, unjuk kebolehan sulap, membatik, merangkai bunga, hobi otomotifnya, aeromodeling, body painting, presentasi kehebatan mereka dalam kepedulian sosial, atau kemampuan-kemapuan yang jarang dimiliki manusia kebayakan, makan kaca, tahan strum, mampu berjalan di atas selembar kawat dan lain sebagainya.

5. Dan Banyak Yang Lainnya.

Semoga surat saya dapat menghibur kalian karena selembar kertaspun tidak tertempel di sana mengucapkan selamat hari jadi sekolah kita.

wassalam

10 Desember 2009

Logika Si Bintang Kelas Dan Obat Jerawat

Gadis yang tak gadis lagi menyimpan kebisuan tak terkira. Si juara kelas sejak SD hingga kini menjelang ujian nasional SMA, tak mau bicara dan hanya sesekali tersenyum menyimpan malu bila terpaksa disapa tetangga. Dia berjanji di dalam hatinya, malam nanti bila ibu pulang, dia akan bercerita tentang sesuatu yang membuat dia sudah tidak bisa ke sekolah lagi. Namun saat ibu datang, tak pernah terlaksana apa yang ada dalam hatinya. Dia pura-pura membaca di kamarnya, tak ada keberanian menceritakannya.

Ibu selalu pulang sebelum jam 8 malam sehabis membantu bapak di depot. Usaha keluarga yang dirintis bapak ibu enam tahun lalu, sebelum si gadis didaftarkan pada sebuah sekolah SMP ter-favourit. Usaha rumah makan inilah yang diharapkan bapak ibu agar Si Gadis dan dua adik lelakinya dapat melanjutkan sekolah.

Hasilnya tidak mengecewakan karena si gadis adalah si bintang kelas, cantik dengan kerudung putih. Berangkat sekolah menggunakan angkutan umum, bayar tarif pelajar pulang pergi. Si gadis mendapat beasiswa prestasi di sekolahnya , selalu peringkat satu di kelasnya. Sebagian teman tidak menyukainya. Karena apa? Karena dia si bintang kelas, si juara kelas. Guru-guru di sekolahnya sering salah memperlakukan siswa. Guru-guru memujinya, meminta teman-teman lain menirunya. Guru sering memanggilnya ke ruang guru seperti memanggil anak kesayangannya , seolah yang lain hanyalah pelengkap penderita di kelas. Dia mewakili sekolah dalam lomba-lomba. Selalu dia, sepertinya tak ada anak lain di kelas itu. Si Gadis bernama Sundari, tapi teman-temannya memanggil Wuwun.

Kebanggaan pada Si Bintang Kelas adalah harapan orang tua bahwa kelak Si Gadis akan menjadi guru negeri dan akan membantu kedua adiknya mencapai sekolah tinggi. Walau harapan itu tak pernah disampaikan secara langsung padanya, namun beberapa tetangga pernah meyampaikan hal seperti itu.

Konflik terjadi dan berawal dari sini: pada suatu hari, di bulan hujan, sebuah kejadian aneh menghacurkan semua cita-cita yang pernah ada. Saat Wuwun ingin membeli bakso pentol besar di depan sekolah, dia berkenalan degan seorang pria bernama Parman, seorang sales yang menggunakan kaos iklan obat anti jerawat. Kaos laki-laki ini tidak begitu bagus, berwarna putih berbahan polyster. Kaos iklan dengan bahan murahan tapi membawa beberapa pesan tentang yang ditakutkan anak perawan: Jerawat.

Jerawat sering kali menjadi ancaman yang menakutkan bagi gadis-gadis belia. Mereka tahu, ketika jerawat tumbuh satu maka puluhan jerawat akan berserekan di wajah. Besar kecil seperti bisul dan seringkali dianggap sebagai petaka bagi seorang anak gadis. Begitu pula yang dirasakan Wuwun saat itu. Lebih parah lagi, sering juga ditafsirkan oleh bayak orang dewasa bahwa anak yang berjerawat pastilah anak yang menyimpan nafsu birahi yang tinggi. Yang terakhir nampak lebih kejam karena anak gadis akan berperilaku seperti menyimpan aib.

Setidaknya hal itulah juga yang ada dalam pikiran Wuwun hingga dia harus memandangi atau mencuri pandang untuk membaca beberapa teks yang ada di kaos sang sales. Parman sendiri tidak menyadari bahwa kaosnya membawa semacam info penting karena dia sendiri bukan sales obat jerawat melainkan dia bekerja memasarkan papan gypsum. Pula Parman tidak menyadari bahwa Wuwun hanya ingin melihat petunjuk disana.

Parman menyapa ramah, lembut dan tegas, “kenapa liat-liat sayang?” sang gadis tidak ingat lagi apa yang ia baca tentang obat jerawat , tetapi suara itu begitu menggetarkannya. Suara laki-laki mengatakan sayang kepadanya.

Dan suatu malam ada dusta antara si gadis dan orang tuanya. Dia berpamitan tidur di rumah kawan sekelasnya karena bayaknya tugas sekolah. Orang tuanya tidak menganggap dusta. Karena selain keterbatasan pengetahuan tentang siapa temannya, orang tua juga menganggap bahwa sebagai bintang kelas tentunya dia harus mengerjakan banyak tugas sekolah. Sesungguhnya itu nyata-nyata bohong sebab yang benar adalah Parman mengajaknya nonton konser dangdut di Stadion Glori.

Konsernya tidak dimulai terlalu malam. Tetapi pertunjukan orkes dangdut selalu tidak langsung menampilkan sang bintang hingga akhirnya pertunjukkan harus berakhir tengah malam. Wuwun baru menyadari ketika Parman dan dia menunggu ratusan sepeda motor untuk bisa keluar dari areal parkir. Udara begitu dingin dan dia melihat jam tangan digitalnya.

00.14.

Bingung.

Ada dalam fikirannya, dia akan meminta Parman mengantarkan ke rumah Laila teman sekolahnya, tetapi apa mungkin dia berani mengetuk pintu rumah tengah malam dan bersama laki-laki. Tidak bisa. Tidak mungkin.
Dan gelap itu semakin dingin. Tangan mereka saling mencari kehangatan. Kemudian mereka mencari penginapan. Si Bintang Kelas, Wuwun Si Juara Kelas, tak lagi ada di kelas. Guru-gurunya tidak percaya.

6 Desember 2009

Pagimu Yang Sedih

kalau kebetulan hari ini engkau menghadapi kesedihan yang amat, katakanlah hal ini pasti akan berakhir. pun kalau engkau tengah menikmati kebahagian yang rasanya tak mungkin kau lepaskan, katakanlah hal ini akan berakhir.
“ tapi kenapa kesedihanku tidak segera berakhir?” tanyamu. kesedihanmu akan terus mengalir terus.terus.terus sampai kesedihan itu meluluhlantahkan segala apa yang ada dalam hidupmu sampai kamu merasa kamulah satu-satunya manusia termalang itu yang tak pernah punya kata bahagia.
kesedihan dan kebahagian itu hidup, bernyawa dan berjalan, mengalir dan berkembang seperti virus. Jika kau biarkan itu, dia akan terus merusak sistem, dia merayu menuju tujuan tertentu. Hanya ada satu jalan mengakhiri kesedihanmu itu yaitu dengan cara menghetikannya, membunuhnya. “dengan apa?” dengan menciptakan anti virusnya. “ apa?” lawan dengan kebalikannya.

maka: nikmatilah hidup. detik demi detik apapun itu. karena tidak ada kesedihan tanpa kebahagian. pun pula sebaliknya. begitulah terjadi silih berganti, hingga bisa kau sadari bahwa hidup ini bukan kau yang miliki.

Existensi Individu

perasaanmu yang merasa lebih membutuhkan seseorang itulah penyakitnya. hubungan dengan manusia lain harus dibangun pada dasar saling melengkapi, saling berterima kasih, saling berbagi. Existensi individu dibagun dari dasar bahwa satu manusia telah dilengkapi dengan kemampuan untuk mandiri dari penciptanya sekalipun buta, tak bertangan, tak berkaki, bisu atau yg lain.

menggantungkan hidup kepada manusia lain (suami, pacar, orang tua, istri, anak, nenek, tetangga, atasan dll.) adalah keniscayaan bahkan menurutku adalah teramat bodoh.
laki-laki perempuan, kaya miskin, sempurna cacat, kuat lemah hanyalah ukuran normatif buatan manusia yang pada hakikatnya adalah sama. sekali lagi sama.

maka berhentilah meratapi bahwa kamu merasa di bawah dari yang lain sehingga kamu merasa lebih membutuhkannya, sementara dia semakin hari semakin sombong karena dia merasa menggantung hidupmu.

ketika saya bertemu dengan orang yang menyebutku hebat, dia pasti juga punya kata tidak hebat bagi yang lain. ketika saya bertemu orang-orang yang ku anggap orang-orang terhormat, sekaligus juga saya punya orang-orang yang tidak perlu dihormati atau layak disepelekan.

maka saya ulangi sekali lagi: manusia sama saja. equal. sederajat. jangan terlalu sering menyanjung karena kamu juga punya yang sebaliknya. jangan terlalu mencinta karena kamu akan punya yang sebaliknya.

obatnya bukan saling mengalah atau saling memendam dalam membangun hubungan, melainkan komunikasikan bahwa kehidupan ini ada karena fitrah manusia yang SALING membutuhkan, sekaligus SALING dibutuhkan sehingga timbul SALING menghargai eksistensi masing-masing individu.