23 Januari 2011

Selamat Datang Fujiyama

Ketika hidup kurang bergairah, jenuh dengan yang begitu-begitu saja, bosan dengan apa yang telah saya dapat juga apa yang telah hilang, biasanya saya menonton film dokumenter karya national geography, BBC dan yang paling sering adalah membaca buku dengan genre catatan perjalanan.

Buku catatan perjalanan sesorang cukup memberikan inspirasi dan  motivasi  kepada saya dalam menjalani rutinitas yang semakin komplek. Membaca lembar demi lembar buku-buku perjalanan, seolah-olah  saya terlibat langsung di dalamnya. Di pesawat, di kereta, di tempat-tempat yang mereka kunjungi, pertunjukan yang mereka ikuti, peristiwa yang mereka alami di antrian tiket, di ruang tunggu, di restoran juga di penginapan. Mereka meyuguhkan fakta dan informasi aktual yang mereka lihat secara langsung dan seringkali dibandingkan dengan daerah asal sang penulis. Terkadang lucu, terkadang haru. Semua itu begitu berkesan bagi saya.

Namun catatan perjalanan yang dibukukan tidaklah banyak. Diantara deretan ratusan buku di rumah saya, ada satu buku yang berisi kumpulan catatan perjalanan yang ditulis oleh Sigit Susanto, di sunting oleh Puthut EA, berjudul ‘Menyususuri Lorong-lorong Dunia’. Buku ini berkisah tentang perjalanan penulis di beberapa negara bersama istrinya claudia beck, seorang perempuan berkebangsaan Swiss (Switzerland).
.
Buku kedua yang saya miliki lebih spesial, ditulis oleh Sunyoto, berjudul 'Fujiyama, Catatan Perjalanan I'. Yang membuat saya kaget adalah buku karya sunyoto ini, berada di deretan buku-buku motivasi di sebuah toko buku diskon. Persis seperti minat saya, membaca buku catatan perjalanan untuk memotivasi semangat hidup. Sungguh ini baru yang pertama dari puluhan toko buku yang sudah saya kunjungi.  Sebuah buku catatan perjalanan seseorang yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada pembacanya.

Buku ini bukan bercerita tentang pendakian gunung fujiyama.  Buku ini berkisah tentang perjalanan Sunyoto di negeri matahari terbit. Negeri yang pernah berlabel penjajah di negeri penulis buku. Detail-detail tentang Jepang dia uraikan, dia suguhkan kepada para pembaca sambil merefleksikan nilai-nilai hidup, keteladanan dan semangat juang.

Kehadiran buku ini menjadi penting untuk di baca oleh siapa saja. Buku ini unik, karena tidak hanya menuturkan catatan perjalanan, tetapi banyak sekali pesan moral yang disampaikan. Melakukan perjalanan sambil membaca kebesaran Tuhan, mensyukuri nikmat yang telah kita terima, mendorong kita pada kata arif dan bijaksana, “ hari ini harus lebih baik dari  hari kemarin”. Seperti puisinya yang terinspirasi ketika melihat Fuji Yama,

Alhamdulillah
Atas ijin-Mu kusaksikan dengan mataku
Hamparan putih salju
Bertebar di kiri kanan jalanku
dingin raga kepulkan asap lewat mulutku
Membuka keyakinan akan kebesaran-MU

Subhanallah
Kau perkenankan aku hadir di situ
Di puncak fujiyama aku terharu
betapa kecilnya aku
kotor dan lemah di hadap-Mu

Pintaku jangan halangiku
Tuk mendekat-Mu

Selamat datang Fujiyama di perbukuan nasional. Selamat datang penulis baru.