17 Desember 2011

Diskusi Dengan Phillip Rekdale- Konsultan Depdiknas-Tehnologi Pembelajaran

Riyadi Ariyanto di www.englishviasms.wordpress.com : Bagi Guru atau dosen yang tinggal disekitar Kabupaten Jember, ikuti pelatihan "pembuatan media pembelajaran berbasis ICT" GRATIS dari saya.

Phillip Rekdale: ‎"Student presentations can take a form of traditional PowerPoint presentation or creative approach that includes role plays, drama etc. Such group-works foster abilities to work in teams, which is essential in today's workplace.
"Presentasi Oleh Pelajar Memakai PowerPoint Dianggap Tidak Kreatif.
http://pt.metodologi.com/
Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto: Oleh sebab itulah, pelatihan ini dimaksudkan. Apa dan bagaimana PowerPoint bisa powerful sbg media. Jangan pukul rata. dong. Mind set yang terlanjur tertanam adalah mengajar pakai PowerPoint itu mewah, canggih dll. nah di pelatihan kami akan ungkapkan, bagaimana PowerPoint yang powerful, bagaimana yg useless. nah, oc?

Phillip Rekdale
: Apa Teknologi Yang Terbaik Sebenarnya?
"Biasanya Teknologi yang dapat menstimulasikan "discovery learning" dan membangunkan proses analitikal dan problem solving, "berbasis-kreativitas pelajarnya" adalah teknologi yang sesederhana mungkin untuk mencapaikan tujuan pembelajarannya. Makin sederhana makin banyak mereka terpaksa menggunakan kreativitas mereka sendiri, maupun berpartisipasi dalam proses pembelajaran"
http://teknologipendidikan.com/kebijakan-ict.html
Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto: Ya setuju, bahwa media yang digunakan oleh guru harus mampu menstimulasi siswa untuk menggali lebih dalam secara mandiri. Saya setuju pandangan semakin sederhana media itu akan semakin mendorong discory learning dari di dalam siswa. Lihat fakta yang terjadi? Jutaan guru mendambakan mengajar dengan PowerPoint (LCD), saya berkeliling ke banyak sekolah dan universitas, melihat presentasi dgn PowerPoint yang useless, membingungkan, bahkan membosankan.

Riyadi Ariyanto: seringkali PowerPoint bukan membantu siswa belajar, tetapi hanya sekedar membantu guru atau dosen sendiri. Mereka kehilangan kreativitas, siswa mendengarkan, menonton teks-teks tak berarti, sementara guru atau dosen dua jam tak beranjak dari mouse-nya. Nah, bagaimana menjelaskan ini semua, pelatihan saya ini akan mengungkapkan hal itu. Saya akan berusaha memberikan gambaran bagaimana menggunakan PowePoint yang powerful, mana yang harus ditinggalkan.

Phillip Rekdale:  Kita harus mengarah ke "Pembelajaran-Aktif dan Kontekstual" yang dapat dijalankan di Seluruh Indonesia Sekarang, Tidak Perlu Komputer.
http://Metodologi.Com/
Kalau guru menggunakan LCD saja ini biasanya adalah sangat bahaya karena yang dilaksanakan adalah Pembelajaran-Pasif (Guru atau LCD Centered Learning).

"Guru Masih Terlalu Dominan di Kelas"
(Professor Fasli Jalal - Wakil Menteri)
"JAKARTA, KOMPAS.com - Proses belajar-mengajar di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas.

"Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa." -- Fasli Jalal
http://Pendidikan.Net/
Ini Masalah Utama Dengan Menggunakan Teknologi Canggih Juga. Pembelajaran-nya menjadi Teknologi Centered dan Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa. Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto:  Pandangan pemerintah yang menghitung rasio penggunaan komputer dengan jumlah siswa untuk efektifitas pembelajaran berbasis TIK adalah pandangan dari yang termudah bahkan mendekati keliru. Saya seorang guru yang melihat ratusan komputer tergeletak tak berguna di sekolah-sekolah jug di universitas tanpa perawatan. Mereka menerima lagi, mereka membeli lagi. Duh. saya sering merinding melihat itu semua. sebuah sekolah dengan 1200 siswa punya 400 komputer canggih, tapi tak berdaya apa-apa. Mengapa bisa begini? Pandangan sekolah mungkin juga pemerintah masih menganggap bahwa komputer itu adalah mesin ketik kalau jaman dulu, sehingga harus pegang satu-satu. satu anak satu mesin ketik. Ah, ini yang harus di luruskan. SEGERA. Minim sekali yang berfikir bahwa sebuah laboratorium komputer yang berisi 8 unit, dipandang sebagai studio atau bengkel kerja dan digunakan bila ada kompetensi yang memang lebih efektif dikerjakan di komputer. Faktanya, sekarang lab yang sempit berisi 40 unit komputer acak-acakan, sangat tidak efektif, membunuh kreatifitas tetapi masih menjadi mimpi (CITA-CITA) bagi sekolah-sekolah. Nah, siapa yang bisa mensosiallisasikan ini semua, siapa yang bisa berbuat yang bukan hanya berbicara di gedung-gedung pendidikan di Jakarta, siapa yang peduli terhadap semua itu?

Riyadi Ariyanto: ‎"Guru Masih Terlalu Dominan di Kelas"
(Professor Fasli Jalal - Wakil Menteri)
"JAKARTA, KOMPAS.com - Proses belajar-mengajar di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas.

Bagus kan Prof. Fasli Jalal, saya setuju buanget. sayangnya Prof, tidak bisa berhenti dengan seperti itu karena bapak prof. adalah bapak saya, karena saya adalah seorang guru. Apa sebenarnya yang terjadi pada anak-anaknya di seluruh Iindonesia, terutama jika sudah berfikir tentang komputer?

Phillip Rekdale:  Re: "saya sorang guru yang melihat ratusan komputer tergeletak tak berguna di sekolah-sekolah juga di universitas tanpa perawatan"

Perawatan adalah salah satu masalah besar... Di negara maju sama. Tadi saya sebut: "ICT dapat membunuh kreativitas, sangat terbatas oleh kekurangan infrastruktur, maupun biaya perawatan yang sangat mahal, banyak sekolah tidak dapat merawat sekolah saja, maupun ratusan komputer (puluhan juta secara nasional)...."
Jangan kuartir... Di luar negeri banyak komputer juga disimpan di gudang sekolah setelah guru-guru sadar bahwa Pembelajaran Berbasis-ICT hanya adalah retorika (tidak bermutu)... Pasti sama di sini nanti dan semoga setelah itu ada cukup komputer untuk mencapaikan Mata Pelajaran TIK di semua sekolah yang adalah penting untuk kerja. :-)
Sabar saja... Yang penting menuju pendidikan yang bermutu
http://Metodologi.Com/
Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto: ok setuju, saya sudah sering juga mendengar bapak saya bilang sabar, sabar, sabar, seolah-olah ini tidak berhubungan dengan generasi bernama manusia.

Selesai