8 April 2013

Ayo Bermain

Play-Based Kurikulum Untuk Pengalaman Belajar Anak PAUD dan TK
Riyadi Ariyanto, BERBAGIHappy@FREE Workshop: Happy Learning
TK. Dharma Wanita, Ajung-Jember, Sabtu 19 Mei 2012


Bermain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan anak. Bermain, baik sendiri atau bersama dengan teman lainnya adalah  sebuah kodrat dalam tumbuh kembang setiap anak. Secara intuitif, guru di PAUD dan TK mengetahui bahwa bermain berperan sangat positif terhadap kesehatan fisik anak, kecerdasan sosial-emosional dan kreatifitas. Pada saat anak-anak bermain, guru dapat  mengetahui secara langsung melalui obeservasi/pengamatan perkembangan anak-anak setiap hari.


Guru melakukan observasi saat anak bermain di dalam ruang atau di luar – berlari, melompat, mendaki, menendang bola, menari dll. Guru mencatat pertumbuhan mawas dan percaya diri anak, keseimbangan badannya,  juga perkembangan koordinasi antara gerakan tangan dan mata. Saat mereka bermain “Susun Balok” atau permainan-permainan manipulasi lainnya, guru bisa mengamati pertumbuhan otot kecil mereka yang luar biasa.

Guru mengamati  kemampuan per seorang anak saat terlibat dengan berbagai macam permainan, dan dengan cepat guru dapat mengetahui bahwa semakin hari permainan mereka semakin komplek dan kreatif. Guru dapat melakukan assessment/penilaian perkembangan masing-masing anak tentang bagaimana anak menentukan permainanannya, mengambil keputusan tentang bahan, jumlah, jenis dll, juga bagaimana ide dan pendapat anak mengenai  permainan yang diinginkan, serta melihat perkembangan anak dalam mengikuti aturan permainan. Guru juga dapat mengambil bagian sebagai anggota dalam permainan anak, membagikan bahan-bahan/ alat-alat, atau bersama dengan anak-anak memecahkan setiap permasalahan yang muncul selama permainan berlangsung.

Dan akhirnya, setiap hari guru bisa mengobservasi coretan dan gambar anak, bangunan balok atau permainan maniplulasi anak yang lain, dan menggunakan hasil permainan kreatif anak tersebut unyuk kepentingan banyak hal. Seringkali, baik sedikit maupun tidak ada campur tangan orang dewasa sama sekali, permainan  anak itu sangat mendukung anak–anak untuk dapat mengekpresikan diri secara unik dan luar biasa kreatif, megekplorasi bahan-bahan baru dan menggunakan bahan-bahan permainan yang sudah biasa dengan cara baru dan lebih komplek.

Bagaimana bermain dapat mendukung perkembangan yang luar biasa bagi anak? Apakah permainan juga bisa menstimulai perkembangan kognitif  anak, mendukung kemampuannya pada science, matematika, bahasa dan literasi anak?

Permainan dan Pertumbuhan Kognitif Anak
Dengan melihat secara dekat apa sebenarnya yang terjadi dalam permainan anak, kita akan mengetahui bahwa permainan-permainan itu tidak hanya menstimulasi fisik, sosial-emosional dan kreatifitasnya, tetapi permainan-permainan itu adalah alat paling efektif bagi anak untuk mengekplorasi dunia, mengetahui apa yang ada di dunia nyata dan memahami bagaimana dunia ini bekerja. Coba lihat, sekelompok anak yang bermain ‘Susun Balok’, permainan menyusun/mendirikan bangunan/blok dengan balok-balok kayu. Mula-mula, mereka mendekatkan berbagai macam ukuran balok, bentuk, terus disusunnya saling bersilang keatas kesamping diatas karpet. Mereka menempatkan balok yang lebih besar diatas yang kecil, meletakkan balok persegi diatas balok segitiga, menempatkan balok secara sembarangan atau untung-untungan sehingga bagunan “Tower’ nya terlalu mudah roboh. Salah seorang anak diantara mereka punya ide! Mungkin, kalau kita membangunnya dengan meniru bentuk aslinya, “Tower” kita akan berdiri lebih baik! Dengan cepat mereka setuju untuk mencobanya, memulai membangunnya kembali. Ah! Tidak beruntung! Bangunannya roboh disaat-saat terakhir. Seorang anak diantara mereka juga, mengatakan bahwa itu gara-gara permukaan dasarnya yang “bergoyang”, karpetnya mudah bergerak. Mereka pindah tempat, mencari dasar permukaan yang lebih keras, mereka membangunnya kembali di atas lantai. Sekarang bangunan towernya tegak berdiri. Lebih tinggi sedikit dari sebelumnya. Setelah mereka menyadari bahwa balok kecil dapat berada diatas yang lebih besar, mereka mulai lebih berhati-hati memilih ukuran balok-balok itu, menempatkan balok-balok yang lebih besar pada bagian paling bawah. Kemudian, bangunan mereka, lebih tingi dan lebih tinggi. Mereka sangat senang dengan keberhasilannya, anak-anak itu memanggil gurunya untuk menyaksikan hasil karya mereka.

Bagaimana permainan dapat bertemu dengan standar kompetensi dan tujuan pembelajaran?
Melalui permainan, anak-anak secara aktif terlibat dalam permasalahan yang muncul, mengekplorasi solusi, dan membangun pemahaman dunia nyata tentang konsep dan fungsi. Dengan membandingkan, menggabungkan informasi yang didapat dari pengalaman barunya dengan apa yang telah diketahui sebelumnya, mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan tentang dunia. Bagaimana dunia ini bisa berjalan.

Pada saat yang sama, kelompok anak-anak yang membangun ‘Tower’ tersebut, telah menginisiasi kerikulum pada tujuan pembelajaran science untuk lingkup pengetahuan, keterampilan dan metode dalam science. Melalui bangunan sederhana itu, anak-anak telah mengekplorasi macam-macam benda (karpet, lantai keras, perbedaan ukuran dan bentuk-bentuk balok). Mereka telah melakukan investigasi hukum sebab akibat dan menarik kesimpulan dari apa yang terjadi. Mereka mengalami sebuah petualangan pengetahuan dan menyadari suatu formula: bangunan dapat berdiri lebih mudah diatas permukaan yang keras; balok besar lebih baik ditempatkan dibawah. Mereka telah merangkum teori mereka sendiri tentang bagaimana cara mendirikan bangunan tinggi. Ketika mereka meneruskan atau melanjutkan permainan susun balok ini – walapun tanpa intervensi orang dewasa- anak-anak akan menemukan sendiri informasi atau pegetahuan-pengetahuan baru tentag jenis-jenis balok yang lain, memproduksi gagasan-gagasan baru juga pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang bisa dan apa yang tidak bisa, apa yang cocok dan tidak cocok, tepat dan tidak tepat, dan secara  bertahap mereka memperbaiki sendiri teori/konsep yang telah mereka miliki tentang bangunan tinggi.

Bagaimana guru dapat mengambil manfaat dari permainan itu untuk mendukung perkembangan kognitif anak? Apa yang bisa dikembangkan setelah anak berhasil mendirikan “blok bangunannya”?  Bagaimana guru dapat membawa pengalaman bermain sebelumnya menuju pengalaman science yang lebih luas dan lebih dalam? membawanya ke dalam area  matematika, bahasa/komunikasi dan literasi, dan mempertemukannya dengan standar kompetensi kurikulum?

Membangun Kurikulum Berbasis Permainan Anak. 
Guru dapat mengambil manfaat dari tingginya minat dan keterlibatan aktif anak dalam permainan balok dengan merencanakan sebuah kurikulum seputar  topik ‘struktur bangunan’ dan menghubungkannya dengan pencapaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran menjadi sebuah unit pengalaman belajar berbasis permainan yang sangat terencana. Untuk bisa mengerjakan itu, guru:
menyiapkan lingkungan yang dapat menstimulasi permainan; 
sediakan gambar, alat tulis untuk mendokumentasikan permainan anak, bahan-bahan/alat-alat permainannya.
ciptakan waktu dalam kegiatan harian untuk melakukan diskusi dan merefleksi permainan yang secara kelompok maupun invidual. 
gunakan strategi mengajar yang membantu anak dapat merefleksi permainannya, dan memancing daya berfikirnya untuk menghubungkan dengan area kompetensi, science, matematika, sosial-emosional, bahasa, kesehatan, dll).
Melalui perencanaan pengalaman belajar berbasis permainan seperti ini, guru telah memberikan pengalaman belajar standar matematika (angka dan operasional bilangan, geometri, ruang, rumus dan pengukuran) dalam sebuah pembelajaran yang kontektual dan bermakna. Guru juga bisa mengintegrasikan pembelajaran bahasa dan literasi dalam permainan balok ini, dengan membantu anak berdiskusi tentang permainan/bangunan baloknya, juga dengan menyediakan buku fiksi atau non fiksi dengan topik ‘bagunan”.

Menyiapkan lingkungan yang dapat menstimulasi permainan.
Guru menyiapkan lingkungan yang dapat menstimulasi permainan ‘ balok bangunan’ ini dengan meyediakan dan memasang macam-macam gambar bangunan yang berbeda-beda baik yang sudah biasa dilihat anak maupun yang tidak biasa dilihat anak (termasuk “tower”/menara); pasang gambar anak dan foto guru di masing-masing  bangunan karya mereka; dan sediakan beberapa buku fiksi dan non fiksi dengan topik bangunan. Hal ini akan sangat mendorong anak mencapai puncak minatnya dalam membangun bangunannya dan akan lebih memprovokasi diskusi anak tentang bentuk (ukuran, model, karakteristik, bahan bangunan) dan fungsi dari bangunan. Dengan menciptakan lingkungan yang mengundang anak untuk segera mewujudkan bangunannya, guru juga akan mendapatkan anak yang secara individu betul-betul tertarik untuk terlibat dalam permainan ini dalam konteks topik yang akan dipilih oleh kelompoknya.

Guru memperkenalkan, macam-macam bahan balok dalam permainan itu termasuk ukuran, bentuk, berat, tekstur dari balok. Guru dengan hati-hati memasukkan pengetahuan tentang jenis dan macam-macam bahan permainan balok, balok kayu dengan bentuk dan ukuran, balok dari bahan gabus, balok dari hardboard, dll  Semakin beragam bahan balok yang tersedia, akan semakin memperluas/memperkaya pengalaman anak dalam membangun bloknya, juga akan semakin banyak informasi/pengetahuan anak yang dapat diperoleh untuk membangun teori anak tentang bangunan.

Guru menambahkan aksesoris (bahan tambahan) yang  mungkin bisa gunakan dengan blok yang akan dibangun anak, seperti orang-orangan, binatang, lampu lalu lintas, pakaian dan topi. Bahan-bahan tambahan itu digunakan untuk menstimulasi anak membangun blok yang lebih komplek, mendorong pengalaman kreatifitas, emosi dan kepekaan sosialnya serta menambah suasana sosio-drama dalam  kegiatan membangun bloknya. 

Mendokumentasi Pengalaman Bermain
Menggambar dan menulis di lakukan untuk memberikan dukungan kepada anak untuk mengobservasi/mengamati bentuk fisik blok mereka. Guru juga dapat memberikan bermacam media agar anak dapat merepresentasikan bloknya. Misalnya, bila fokus permainan blok ini adalah bangunan “Tower”, guru dapat memberikan selembar kertas panjang sehingga memudahkan anak untuk menggambar bangunan tinggi. Guru dapat menempelkannya di tembok (dinding kelas) agar anak mudah menggunakannya.

Memenempatkan kertas dan spidol disamping bangunan blok, akan sangat baik dan mengundang siswa berimajinas tentang rencana bangunan blok yang dibangun bila dibangun sampai selesai.
Mendokumentasikan dengan kamera tidak terlalu berguna, namun, foto akan sangat berguna saat diskusi kelompok untuk menstimulasi kemampuan bahasa anak dan memperkenalkan kosa kata yang berhubungan dengan bangunan, seperti atas, bawah, pintu, dasar/pondasi, atap, tangga dll., sambil lalu guru mendokumentasikan kosa kata tersebut secara tertulis. Bila fokus bangunaan adalah “Towers”, foto dapat mendoumentasikan secara permanen, misalkan tinggi “ tower”.  Kegiatan ini juga diperlukan sebagai rekaman anak, agar dikemudian hari bila anak terlibat dalam permainan blok lagi, dapat dijadikan sebagai pembanding bagi anak itu sendiri atau kelompok lain.

Berikan tantangan dengan menambahi kelengkapan-kelenkapan kecil lainnya seperti tutup botol, buah, bunga, tempat sampah dll. Dengan menggunakan bahan-bahan sekunder lain yang bermacam-macam, akan menghindarkan anak atau kelompok membangun blok yang sama di setiap kesempatan.  Bahan-bahan itu akan  menghasilkan informasi baru dan tentunya ide baru tentang bagaimana menangani bahan-bahan itu.

Waktu untuk diskusi dan refleksi dari pengalaman bermain.
 Seringkali ada waktu singkat anak ada disekolah karena suatu jadwal  anak akan dipulangkan lebih cepat, gunakan waktu-waktu seperti ini untuk melakukan diskusi dan refleksi terhadap permainan-permainan yang pernah di ikutinya. Dalam play-based kurikulum, waktu seperti ini dibutuhkan bagi satu anak atau kelompok untuk bertukar pengalaman kesuksesan atau tantangan yang di hadapinya saat bermain. Ini juga waktu yang baik bagi guru membagikan foto, gambar, atau hasil karya kongkrit anak agar pengalaman itu dapat diungkaplan secara verbal.