14 Desember 2009

Luftan Kemping


Kemping dengan Luftan berlangsung seperti ini: Seperti biasa, saya – selagi Luftan ( 3 tahun 9 bulan) mau mendengarkan- bercerita atau membacakan cerita sebelum Luftan tidur. Malam itu, saya bercerita tentang hutan, fungsi hutan, apa dan bagaimana hutan, gunung, air, pohon, harimau dll. Cerita ditutup dengan kesepakatan: Hari Sabtu kita kemping, kita lihat hutan, kita tidur di hutan. Luftan girang bukan main dan nampak bersemangat sekali. Hari itu masih hari Rabu tetapi saya sudah berjanji.

Sepertinya dia tidak sabar lagi untuk segera tiba. Dia telah berkemas, memasukkan peralatan yang ia perlukan ke dalam tasnya. Saya pernah membelikan tas punggung kira-kira setahun yang lalu, warna merah dan menjadi tas kesayangannya. Hari kamis sepulang dari SMK NEGERI 1 JEMBER , saya melihat isi dalam tasnya: handuk, kaos, celana pendek, sikat gigi warna merah, tempat minum, binocular, slayer warna biru, mobil-mobilan (prototype sedan shubaru impressa) warna hijau, jas hujan yang kebesaran dan kaos kaki warna cyan.

Anakku serius. Saya sendiri tidak jelas, serius atau tidak. Luftan menunggu Hari Sabtu, seperti lama sekali katanya. Maka saya hibur dia dengan cerita binatang atau hewan-hewan berbahaya di hutan, dan kita perlu senjata. Dia keheranan, “wow, senjata?” Saya jawab, “ ya, kita buat senjata.” Kita pergi ke depan rumah, mencari ranting yang cukup kuat. Saya buatkan senjata model “Y” meniru senjata orang-orang pemburu ular. Luftan tambah girang, mempraktekkan cara penggunaan senjata itu bila di hutan dia bertemu ular. Dia mengigau saat tidur, “ hore, hari sabtu.” Pohon.. pohon ...pohon.” Saya mendengarnya sendiri dan kuputuskan saya serius. Ya, kita kemping.

Saya menemui Pak Anton, pembina ekskul PA di sekolah dan meminjam beberapa peralatan kemping. 1 tenda lengkap dengan pasak dan tali warna biru, 2 buah lampu badai, dan 2 jenis kompor, paraphine dan gas. Saya memberikan sedikit uang untuk tambahan kas kegiatan ekskul PA sebagai konsekuensi atas peminjam alat-alat ini. Saya bawa peralatan itu ke rumah. Luftan semakin girang dan yakin. Nampaknya, ada perasaan 100% kita jadi berangkat setelah saya menunjukkan peralatan-peralatan kemping yang saya bawa. Saya menyadari sesuatu, bahwa anak-anak seumur dia dapat merasakan keraguan seseorang dewasa pada janjinya. Kemudian saya berpikir, kemping dimana? berdua dengan anak seusia ini?

Mulanya saya berbicara dengan Mahruz Ali, siswa kelas III multimedia. Dia menyarankan tempat kemping bagus bernama Taman Rimba yang biasa digunakan anak pramuka kemah. Dia memberikan nomer telepon Basori adik kelasnya dan meyarankan saya menghubunginya karena Basori tau tempat itu, tidak jauh dari rumah Basori. Saya menelpon banyak orang setelah diketahui dari Basori bahwa tempat itu tidak bagus lagi, tidak layak lagi sebagai tempat kemping. Tanah datarnya telah digunakan untuk ladang pembibitan oleh PTP ( perusahaan perkebunan). Informasi lebih detil datang dari Ibu Basori (pesawat telepon dipindah ke ibunya setelah saya meminta berbicara dengan ibunya saja) yang mengaku pernah mengunjungi tempat bernama Biskit dengan pohon-pohon besar dan kolam renang, sungai dengan air jernih, mata air pegunungan, biasa digunakan kemping orang dari mana-mana, tetapi banyak hantunya.

Janji berangkat jam 3 sore. Luftan menunggu dirumah. Saya masih mencari tempat yang tepat. Saya masih bingung. Saya putuskan untuk kemping di tempat berhantu atau tidak. Banyak orang tahu, di kantor atau di perumahan saya tinggal, saya tidak mudah percaya dengan tempat-tempat seperti itu. Tapi sekarang saya akan pergi bersama Luftan. Kejadian bulan lalu di sekolah, 4 orang kesurupan termasuk security (Bang Ropik) cukup menggetarkan nyali. Cerita tentang tempat berhantu itu, juga disampaikan oleh Winda (alumni UJP) yang saya hubungi via telepon. Bapaknya jadi polisi hutan di daerah itu mengatkan itu tempat angker. Saya terdiam sejenak. Keberanian saya di uji. Tetapi tidak seperti biasa, karena saya akan menginap di sana bersama Luftan. "Wuuhh."

Saya menulis status di facebok, berharap dapat ide lain dari teman:

Riyadi Ariyanto: jam 3 sore ini, sudah berjanji kepada anakku, Luftan (3 tahun 9 bulan) berangkat camping ke taman rimba, silo. jam ini saya terima info, tempat camping sudah gak bagus lagi. Waah. Anakku sudah siap 3 hari yang lalu.

Sat at 10:33 via Mobile Web · Comment · Like Cuet Cik Cik and 'Lelaki Biasa' like this.
Ratna Gayatri: ajak aja..ke taman singa..jgn ke taman rimba dunk...

Sat at 10:38 · Delete
Iwan Sutiawan: cari alternatif lain mas, kacian tuch... udah ngebet banget kayaknya anakmu.. kayak bapake hoby ngeloyor... kekekeke

Sat at 10:39 · Delete
Ane Mycraft: bikin aja tenda d dpn rmh sing penting merkx kemping xixixixixi

Sat at 10:41 · Delete
Ajeng Tri: Gak bagus menurut informan to pak... Buat Lutfan pasti sangat bagus. Cobalah untuk menjadi dia pak.... give him the best!

Sat at 11:14 · Delete
Kartika Chandra Ginting: @bang riadi : jgn percaya dgn informan abang itu......

Sat at 17:33 · Delete
Anggie Ayuningtyas: Kasian sekali anaknya pak,....pasti kecewa bgt Sebagai gantinya...camping aja di halaman belakang rumah...he..he...daripada jauh2.

Sat at 19:18 · Delete
Saya tertarik dengan komentar Iwan dan Ajeng Tri. Saya menelepon Pak Hendro, teman guru." Antarkan saya ke tempat kemping bernama Biskit. Saya sudah tak ada alternatif tempat lain. Tempat ini berhantu kata beberapa orang dan penduduk sekitar. Saya mau survey dulu, pak. Seperti apa tempatnya, saya mau pastikan tempat ini nyaman buat Luftan." kami meluncur kesana, satu setengah jam sampai di sana dengan sepeda motor Pak Hendro. Saya berbicara dengan beberapa penduduk sekitar hutan. Sebagian besar mengatakan tempatnya angker, sebagaian lagi mengatakan sekarang tidak lagi. Saya teruskan perjalanan menuju tengah hutan. Banyak pohon besar dan sedikit gelap. Bayangan tentang hantu kadang berkurang saat saya melihat indahnya pemandangan. Kadang bertambah takut bila melihat pohon teramat besar yang saya hubungkan dengan cerita satpam sekolah yang kesurupan. Saya juga tidak boleh terlalu lama di sini. Saya menghubungi pengelola dan saya sampaikan, saya akan bermalam di sini malam ini bersama anak kecil. Saat berbicara dengan penduduk dan pengelola, saya mengulang kata-kata bersama anak kecil untuk mendapatkan perhatian. Pak Hendro sedikit melarang dan menyarankan tempat lain yang sulit diterima oleh saya atau Luftan. Saya mendapatkan nomer HP Pak Yono, pengelola dan juri kunci tempat ini. Saya hubungi Pak Yono tetapi sulit sekali saya dengar suaranya. Sepertinya dia tengah berada di undangan walimahan. Begitu berisik. Saya putuskan sendiri, saya akan berada di sini, bersama Luftan malam ini." Bissmillahirrohmannirrohim." Saya pulang. Luftan masih menunggu di rumah.

Tiba di rumah jam 3 sore. Jam berangkat yang saya janjikan. Apa yang terjadi? Luftan tertidur dengan baju kemping lengkap, bersepatu, binocular sudah tergantung di leher dan tas punggungnya berfungsi sebagai guling. Saya membangunkannya pelan,"Luftan, ayo berangkat!"