21 Januari 2011

Guru VS Siswa

Belajar adalah suatu kegiatan yang sangat komplek. Siswa ingin menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk karir mereka di masa depan. Guru ingin menyampaikan pengetahuannya dan meningkatkan kemampuan belajar siswanya. Pendekatan belajar yang paling efektif  adalah pendekatan bagaimana membawa isiswa lebih aktif, lebih bertanggung jawa, lebih mandiri untuk dapat menemukan cara belajarnya sendiri.

Di masyarakat barat, ada beberapa trend baru di dunia pendidikan, termasuk pergerakan dari model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) ke model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yang terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih mendalam bagi siswa. Di Indonesia, model pembelajaran yang berpusat pada guru, masih mendominasi di sekolah-sekolah atau di kampus-kampus. Guru memberikan ceramah untuk mentransformasikan pengetahuannya sedangkan siswa menerima semua itu dengan pasif. Kemudian siswa diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ujian dengan akurat. Model pembelajaran seperti ini biasanya hanya berhasil ditingkat permukaan dan menimbulkan ketergantungan yang berlebihan kepada guru.

Pendekatan pembelajaran berbasis siswa ini telah banyak diterapkan di universitas-universitas besar, di sekolah-sekolah di seluruh dunia dan hasilnya terbukti efektif. Pendekatan belajar  yang berpusat pada siswa memungkingkan siswa dapat belajar lebih luas dan lebih mandiri. Dengan pendekatan ini peserta dididik dan dibimbing untuk dapat membaca lebih luas, berfikir lebih dalam, dapat menganalisa lebih menyeluruh, lebih termotivasi, dan lebih inovatif. 

‘Chalk and Talk’ – ‘ Kapur dan Bicara’  itulah gaya mengajar yang paling dominan di sekolah-sekolah kita. Gaya ini berpola pada pembelajaran berpusat pada guru yang menyampaikan pengetahuan melalui ceramah dan siswa menerima secara pasif. Siswa menjadi sangat tergantung kepada guru dan informasi yang diterima mahasiswa terbatas hanya yang disampaikan oleh guru. Guru bertindak sebagai pembatas ilmu pengetahuan dan guru kurang memberikan akses terhadap informasi lain. Siswa mendengarkan dalam waktu yang cukup lama dan menyerap informasi itu dengan sangat minim. Berdasarkan survei, cara tradisional ini, hanya menghasilkan daya serap 26% dari yang disampikan guru (King, 2006) dan membuat motivasi siswa menjadi rendah. 

‘Bagaimana membuat siswa saya dapat berfikir?’ itulah pertanyaan banyak guru dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia. Siswa merupakan kunci dari proses belajar mengajar. Guru seharusnya bertindak sebagai fasilitator untuk membantu siswa mengakses dan memproses informasi. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa tidak hanya berfokus pada apa yang diajarkan tetapi juga seberapa efektif proses belajar berlangsung. Jika motivasi siswa dapat terbangun, siswa dengan sendirinya akan lebih banyak mencurahkan waktu dan energi untuk belajar. Keuntungan yang dapat diperoleh dari model pendekatan ini antara lain:
  • Dapat mumbuhkembangkan keinginan siswa untuk terus belajar secara alamiah.
  • Dapat membantu siswa mencapai sesuatu yang mereka anggap penting dan berharga sehingga hal itu  dapat membangun keyakinan dan rasa percaya diri.
  • Menjadikan siswa sebagai manusia pembelajar (lifelong learners) dan
  • Dapat memperbaiki kesan guru yang berhasil menciptakan fasilitas pembelajaran yang efektif (keberhasilan pembelajaran harus dapat dipandang sebagai keberhasilan bersama di dalam kelas, bukan semata-mata karena guru)
Semoga menginspirasi.