17 Desember 2011

Ruya

Selamat Datang di RUYA.

Jika kebetulan anda berkunjung ke Jember atau sengaja datang ke kabupaten ini untuk kunjungan keluarga, bisnis, wisata atau apa saja, singgahlah di RUYA. Dan sebelum Anda tiba di RUYA,  ada baiknya Anda untuk beberapa saat mengenal tempat ini lewat catatan saya.

RUYA adalah nama populer dari MITERUYA, adalah kawasan tinggal berfasilitas megah untuk anak-anak yatim piatu dan anak-anak yang berasal dari keluarga kurang beruntung secara ekonomi, tapi punya kemauan super untuk sekolah, untuk merubah nasibnya, masyarakat dan bangsanya bahkan dunia.

Berdiri di atas lahan18,5 hektar, juga berfungsi sebagai hutan konservasi kota, tempat rekreasi keluarga, pusat penelitian botani, pusat pengembangan sumber daya manusia, juga
 camping ground, akititas outbounddan outing bertaraf internasional, yang semua pendapatannya dialokasikan untuk kesejateraan generasi unggul yang tinggal di dalamnya, kecuali retribusi parkir khusus yang dimasukkan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Jember.

Tidak seperti rumah-rumah yatim pada biasanya, RUYA adalah tempat yang dikelola dengan menajemen ISO dan dikelola berbasis pelayanan. RUYA bukan tempat exclusive bagi yatim piatu muslim, karena yatim piatu, orang miskin juga ada di semua agama, suku dan ras. Siapapun yang berkunjung ke tempat ini dianggap orang tua asuh, atau paman asuh atau kakak asuh. Siapapun anak-anak yang berkunjung ke tempat ini adalah sahabat bagi anak-anak yatim di sini.  

Bungalow-bungalow, juga cottage indah yang tersebar di kawasan ini dilengkapi dengan perpustakaan, tempat tidur yang nyaman, kamar mandi mewah dengan desain arsitektur alami. Menggunakan 90% bahan-bahan alam seperti bambu, ilalang, ijuk, yang berasal dari Kabupaten Jember. Tempat ini menyuplai kebutuhan listriknya sendiri dengan memanfaatkan sungai deras yang mengalir di dalam kawasan. Anda juga bisa melakukan rafting di sungai ini, atau bernostalgia mencari ikan dengan cara tradisional: pancing atau tradisi orang Jember yang disebut 'ge rage'

Kawasan ini dirancang oleh pakar arsitek internasional dan memenangkan berbagai perlombaan desain arsitektur dunia. Terdapat 7 kolam renang yang juga berfungsi di malam hari, 77 bungalow, 7 tempat ibadah bagi semua agama, 7 bangunan utama sebagai pusat aktifitas bersama. Tak perlu AC (air condition) di setiap ruang karena kawasan ini sangat sejuk, sangat alami, bahkan anda akan kesulitan untuk mencari jejak jejak bahwa kawasan ini sebenarnya adalah kawasan buatan.

Terdapat sekitar 4.500 species tanaman penting hutan tropis, 12.700 jenis tanaman toga dan holtikultura. Sangat cocok untuk belajar tentang alam, indah dan sangat mencengankan. Kita tak akan takut lagi, bahwa kelak anak cucu kita hanya kenal tanaman jahe hanya dari gambar buku pelajarannya. Di sini tersedia dan dapat dipelajari dari setiap label tanaman dan perpustakaannya.

Diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI, yang sangat memuji prestasi MZA. Djalal, Bupati Jember, dalam membangun kawasan rumah yatim ini. Ratusan relawan dari berbagai universitas di Indonesia, dan sekolah-sekolah perhotelan terlibat di bawah koordinasi Universitas Negeri Jember. Beberapa pemimpin dunia pernah hadir di RUYA dan beberapa lagi masih dalam antrian untuk hanya sekedar tinggal sehari saja di tempat ini. RUYA sungguh luar biasa dalam melayani dan membangun tempat tinggal untuk yatim piatu. Simak beberapa pernyataan pemimpin negeri ini dan para pemimpin dunia ketika berkunjung ke tempat ini:

"Saya sungguh terpesona dengan tempat ini. Tempat yang sangat indah seperti ini, hanya layak ditempati oleh para yatim piatu yang dimuliakan di setiap agama apapun. Kelak, akan tercipta generasi yang mampu menciptakan Indonesia yang lebih baik. " (Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI)

 "Beberapa bulan yang lalu saya meminta sekretaris saya untuk menulis e-mail ke RUYA agar saya dan rombongan dapat diterima di tempat ini. Hari ini, saya di sini dan menyatakan bahwa perdamaian dunia dan bumi hijau bukan mimpi belaka. ini adalah 'universitas kehidupan' dimana kita bisa belajar hidup berdampingan dalam dunia yang lebih damai dan hijau. RUYA telah membuktikannya. (Barack Obama, Presiden Amerika)
"Dari Jember, Jawa Timur, telah lahir sebuah gagasan dan tempat indah yang nyata untuk anak-anak yatim. Anak-anak miskin yang kelak akan mengubah dunia menjadi lebih nyaman dan damai. Kawasan ini dibagun bersama peran seluruh masyarakat dunia yang peduli, bahwa orang-orang dewasa harus melahirkan generasi-generasi yang lebih baik agar kehidupan dapat dilanjutkan. Saya berharap, 1.200 yatim yang ada di kawasan ini dapat terlayani dengan baik oleh relawan-relawan yang mengabdi tanpa pamrih." (MZA, Djalal, Bupati Jember)
"Siapapun orang ingin tinggal di kawasan ini, tempat ini memang hanya pantas ditinggali anak yatim. tempat ini seluas 2 X lapangan golf 18 holes, tapi akan sangat lebih bermanfaat dari lapangan golf untuk Indonesia bahkan dunia." (Andi Malarangeng, Menpora)"
"Saya menyumbangkan dua lokasi perternakan sapi perah yang bisa di manfaatkan untuk meyehatkan yatim dan siapapun yang berkunjung kesini. Di lokasi peternakan, orang juga bisa belajar bagaimana caranya lebih menyehatkan masyarakat Indonesia." (Prabowo Subianto)
"Saya telah mengunjungi berbagai tempat di dunia, dan RUYA adalah tempat terbaik yang pernah saya kunjungi, saya belajar sesuatu di sini bahwa hidup bahagia adalah hidup sederhana." (Justin Bieber)
"Membangun tempat ini tak begitu besar biayanya. Pemerintah bersama masyarakat dapat membuat ratusan tempat seperti ini untuk menciptakan penerus bangsa yang lebih berkualitas. Hal ini telah dimulai dari Jember dan saya akan sering berkunjung kesini. Saya minta manajemen agar menerima lamaran saya untuk menjadi orang tua asuh bagi yatim disini." (Jusuf Kalla)
"Percepatan kemajuan tehnologi tak dapat di pungkuri akan melahirkan ekses buruk terhadap alam dan meminggirkan orang-orang yang tak kuat berlari mengejar teknologi dalam ekonomi industri. RUYA adalah semangat perlawanan terhadap semua ekses itu dan menjadikan kehidupan lebih balance dan lebih terpelihara ( BJ. Habibie)
"Korupsi adalah bencana terbesar yang terjadi di bangsa ini. dari Ruya ini akan melahirkan generasi yang akan mengubah indonesia menjadi negera pelopor pemberantasan korupsi di dunia. Saya yakin dan percaya bahwa pemimpin KPK terbaik akan lahir dari rumah ini." (Antashari Ashar, KPK)
"Kualitas lapangan bolanya lebih baik dari stadion manapun di dunia. Saya ingin terlibat sebagai relawan pelatih sepak bola di sini. Saya yakin, saya percaya bahwa pemain bola yang mampu membawa Indonesia ke dunia internasional akan berasal dari sini. Karena bermain bola, bukan hanya sekedar otot, tetapi ada integritas, nasionalisme, kejujuran, daya juang seperti yang dimiliki oleh anak-anak yatim disini." (Bambang Pamungkas, Timnas PSSI)
"Nabi adalah orang yang bahagia ketika bersama anak-anak yatim. Nabi adalah panglima ank-anak yatim. Anak yatim mendapat kedudukan mulia dalam agama. Tempat ini mewujudkan apa yang di ajarkan nabi. Orang-orang yang ingin kelak bersama nabi adalah orang- orang yang mencintai yatim dan fakir miskin dengan perbuatan, dengan tindakan bukan hanya sekedar khotbah." (Hasyim Muzahdi, Ketua PBNU)
"Keterikatan kita dengan anak yatim jangan dianggap sebagai beban. Adalah kehormatan kita bisa bersama-sama anak anak yatim dan fakir miskin sejalan dengan keinginan kita menciptakan ekonomi rakyat yang lebih sejahtera. " (Megawati Soekarno Putri)

Komentar senada juga diucapkan atau di tulis di buku tamu RUYA dari Mahattir muhammad, Lee Myungbak, Donald Tusk,  Bill Gates, Slank, Ahmad Dhani, Norman Kamaru juga Lek Muji dan banyak lagi yang lainnya.

Hanya saya pemandu Anda untuk bisa datang ke RUYA di Jember. Saya ingin menunjukkan banyak hal lagi tentang bagaimana sistem rekrutmen yatim disana, berapa lama yatim boleh tinggal dan dididik di RUYA, bagaimana pengelolaan dananya, siapa yang boleh menjadi volunteer RUYA, berapa tiket masuk ke RUYA, bagaimana Green Peace di RUYA, bagaimana manajemen perawatan RUYA, bagaimana RUYA menjadi salah satu tempat yang paling ingin dikunjungi oleh masyarakat dunia. Saya tidak bisa menjelaskannya lagi sekarang,  karena saya telah terjaga. Karena RUYA adalah MITERUYA. Dan MITERUYA adalah MImpi saya TEntang RUmah YAtim.


Semoga menginspirasi.

Jember, 15 Desember 2011

Trims

Menulis kisah nyata. Kisah tentang orang-orang yang senantiasa memberikan sebagian besar hidupnya untuk orang lain. Orang-orang ini adalah orang-orang yang tak pernah jadi kaya karna karyanya, bahkan takkan pernah bisa. Orang-orang ini, entah karena terpanggil untuk bangsanya atau karena Tuhannya, bersemangat berjuang pada jalan kemanusiaan, berbuat untuk tujuan kehidupan yang lebih baik.

Orang orang itu, salah satunya adalah guruku. Guru kita semua.

Guruku bekerja di medan paling berbahaya di dunia. Guru berpotensi melahirkan ribuan generasi cacat. Generasi korup. Generasi yang tak tahu lagi tentang kejujuran, tentang hidup bertanggung jawab, bahkan generasi yang masih terbata-bata untuk hanya sekedar mengeja kata mandiri.

Guruku adalah guru yang tak pernah berhenti belajar. Guruku yang tak pernah lelah, berlari mengikuti zamanku. Guru-guruku terus mencari cara baru untuk bisa mengajarku agar kelak aku melebihi dia, agar kelak aku bisa berbahagia dengan segala cita-cita, agar kelak aku bisa mencipta, membuka lapangan kerja dan terus berkarya untuk dunia.

Terima kasih guru.

Teman, Ajaklah Aku Bermain

Hanya karena aku lahir lebih dulu daripada kalian maka aku berdiri di sini kemudian kau panggil aku 'Guru'. Tetapi sesungguhnya, aku juga belajar dari kalian tentang banyak hal. Sesungguhnya, aku hanyalah temanmu yang lebih banyak membaca karena aku lahir lebih dulu. Sesungguhnya, aku hanyalah temanmu yang lebih banyak mendengar karena aku lahir lebih dulu. Kenapa tak kau lambaikan tanganmu memanggilku, sayang. Aku pernah tahu orang meniup seruling di pinggir sawah yang teduh, mengalun merdu, mungkin kau perlu, aku bisa ajarkan cara memainkan itu. Ajaklah aku bermain, karena aku sesungguhnya hanyalah temanmu dan tak lebih dari itu.
                                                                                                                                      
Beberapa tahun lagi, saat aku tak kuat lagi berdiri disini, kau yang akan mengajari aku tentang tehnologi baru, mungkin sebuah tari baru. Hanya kepadamu aku bisa berharap, menyalakan sebuah CD player, memperdengarkan lagu-lagu yang ku rindu. Kau yang akan menuntunku berjalan karena aku sudah tak kuat lagi seperti hari ini. Kau yang akan membantu memakaikan aku baju, karena aku sudah tak tau. Hanya kepadamu aku berharap kau masih mengingatku dan mengunjungiku sekali waktu.

Duhai ...
Manfaatkan aku. Aku bisa membantumu mengumpulkan bekal untuk hidupmu yang lebih baik. Meyingkirkan batu-batu rintangan itu, menunjukkan sebuah rahasia yang belum kau tau. Ajaklah aku bermain. Jika tak kau anggap aku, sedih hatiku.

Ketika Itu (sebuah catatan untuk AF)

saya copykan sebuah tulisan di wall facebook saya (sunday, November 20, 2011. 8.40), dari salah satu siswa saya, AF, di kelas 11. Saya ingin berbagi jawaban tentang pertanyaan ini, semoga menginspirasi.

ANANG FAUZI
saya mau tnyak bgaimna bpk bisa mnjadi sukses hingga saat ini?... padahalx dahulu bpk tinggal di pelosok desa glantangan, yg mnurut saya itu jauh dari sarana unt mnunjang seorang dlm mraih pendidikan . dan apa komitmen anda saat itu?...... tlong jwb pak krena ini membuat terkesan!!!!

AF, terima kasih memuji saya. Saya senang, saya bisa menginspirasi hidup Anda. Terima kasih sobat, mengenal kampung saya bernama 'Glantangan' yang sering diplesetkan menjadi "Gelandangan", sebuah kampung khas PTP (perusahaan perkebunan karet kopi) yang membedakan anak pejabat dan anak-anak buruh perkebunan. Saya adalah salah satu dari anak -anak buruh itu, anak-anak yang waktu itu dihalangi untuk melanjutkan sekolah ke kota, karena harga komoditas perkebunan sedang berjaya di pasar internasional dan PTP memerlukan buruh-buruh bodoh yang bisa dibayar murah.

Pegasis

Selamat datang Pegasis". Begitu aku menyapanya kepada seseorang yang kelak akan dikenal sebagai guru kelas lima. Tak banyak orang tahu tentang nama itu karena di sekolah ini,  ia akrab dipanggil Leona tanpa kata 'bu' atau 'ibu' di depan namanya. Leona.

Aku mengingat hari pertama kali ia datang ke sekolah ini. Pagi sekali. Leona menyentuh dan menciumku berkali-kali di halaman upacara. Aku merasakan airmatanya membasahi sebagian merah dan sebagian putihku. Pelan ku dengar suaranya seperti berbisik dan menciumku sekali lagi. "Sahabat, aku terpanggil karenamu. Aku datang memenuhi panggilanmu. Aku tahu, di sini bukan untuk mencari harta. Di sini bukan tempat untuk bisa kaya. Tetapi aku tahu, sekolah adalah tempat terindah di dunia, tempat bahagia anak-anak kita mencari ilmu, mengumpulkan butir-butir permata untuk bekal hidup mereka, tempat yang tak kan pernah terlupa bagi anak-anak kita di sepanjang hidupnya. Pertiwi, Aku terpanggil karenamu".

Di setiap Hari Senin, saat ratusan anak-anakku mengangkat tangan sejajar dengan topinya, meghormatku, menaikkanku, aku melirik sahabatku Pegasis. "Sobat, aku rindu kecupanmu, selamat berjuang, bangsa ini merindukannmu."

SDN Bintoro 3 Jember
Hujan
November 16, 2001

Aku dan Kepalaku

Aku adalah badanku yang tak pernah ke mana-mana. Bila aku ke mana-mana, hanya kepalaku yang berjalan ke mana-mana. Presentasi di mana-mana,  juga berjalan dan terbang sampai ke beberapa benua.

Aku adalah badan yang bisa terawat bila kepalaku berbicara tentang perawatan. Aku akan tampak cantik bila kepalaku mengerti tentang keindahan. Aku akan bersih bila kepalaku tau manfaatnya. Aku adalah hal istimewa bila kepalaku memahami. Aku menaungi. Aku meneduhi.

Aku selalu hamil walau aku sebenarnya bukan perempuan jugan bukan lelaki. Dari perutku lahir ribuan anak-anak sempurna juga anak-anak cacat. Aku dan anak-anak yang akan kulahirkan, empat puluh persen tergantung kedigdayaan kepalaku. Mereka adalah generasi yang akan memperindah dunia dan mengobarkan semangat perdamaian dan kejujuran. Aku melahirkan ribuan anak-anak kehidupan, anak-anak yang kelak akan mampu berbicara dengan kepalaku sendiri. Aku hanya mengerti bila kepalaku mengajak bicara, tetapi aku ditakdirkan tak bisa bicara dengan kepalaku sendiri, kecuali alam mendukungku: angin, badai, topan dan gempa.

Aku. Namaku panjang tetapi mudah di ingat, karena aku selalu punya nama depan yang sama di seluruh dunia: sekolah.

Catatan Satu Paragraf Untuk Sahabat

Boleh jadi tugas mulia ini tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Boleh jadi kau mendaftar di fakultas hanya karena ikut ikutan teman atau mengangap pekerjaan ini yang termudah, pulang tak sampai sore, tak sulit izin meninggalkan tugas. Sudahlah, itu masa lalu. Datanglah besok lebih pagi, berdirilah di depan kelas sebelum mereka datang, tersenyumlah dan katakan, "Sekarang akulah teman setiamu nak , menemanimu mewujudkan mimpimu."

Empowering Guru: Seminar dan Workshop Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis ICT (GRATIS)

Saya melihat ada pergerakan positif tentang keinginan guru untuk meningkatkan kompetensi mengajarnya. Walaupun jumlahnya belum begitu besar secara nasional, tetapi hal ini merupakan signal positif untuk pendidikan di negeri ini.

Nah, saya punya pengetahuan yang bisa saya bagi secara GRATIS, bagi guru-guru yang berminat menggunakan media PowerPoint di dalam kelas.

Karakteristik PowerPoint untuk dapat digunakan sebagai media di dalam kelas berbeda dengan PowerPoint yang digunakan untuk presentasi bisnis, film dll. Selama ini, begitu banyak kita saksikan di sekolah, di kampus, guru, dosen menggunakan powerpoint yang justru menghambat pembelajaran yang kreatif, siswa atau mahasiswa menjadi pasif, jenuh dan membosankan. Guru atau dosen sibuk sendiri dengan laptopnya, dua jam tidak beranjak dari mouse-nya, cenderung mengabaikan apa yang sedang terjadi di belakang sana dengan siswa atau mahasiswanya. Dan seringkali hal ini menjadi olok-olok 'pembelajaran berbasis LCD'. 

Para pakar tehnologi pendidikan telah berkomentar puluhan tahun lalu bahwa guru harus meninggalkan tehnik ceramah di dalam kelas, agar terjadi interaksi yang humanis dengan para siswa, mendorong tumbuhnya keyakinan siswa untuk melakukan eksplorasi secara mandiri dan berusaha dengan sungguh-sungguh menciptakan pembelajaran yang inovatif, kreatif,efektif, dan menarik (PAIKEM). 

Inovatif, seringkali dipandang sebagai tehnologi canggih, laptop, LCD, WiFi, lab bahasa, papan tulis electronic dll, memandang rendah menggunakan tehnik drama, role play (bermain peran), pemanfaatan bahan bekas di sekitar siswa, permainan kelompok, diskusi, debat dll.

Pembelajaran berbasis ICT tidak akan pernah berhasil. Saya setuju dengan pandangan Phillip Rekdale, bahwa pembelajaran berbasis ICT adalah retorika belaka alias tidak bermutu. Pandangan saya juga senada bahwa tidak ada yang bisa menggantikan peran guru sebagai fasilitator, motivator kreatif bagi kehidupan siswa yang selalu unik setiap hari. 

Tetapi harus pula diakui, oleh karena rumitnya suatu konsep yang ingin disampaikan kepada siswa, situasi yang mendukung, PowerPoint adalah media yang dahsyat untuk digunakan di dalam kelas. Powerpoint yang seperti apa? bagaimana cara membuatnya? sumber-sumber apa yang bisa digunakan? bagaimana menghubungkan dengan RPP guru? bagaimana menempatkan PowerPoint secara tepat guna? bagaimana membuat yang sederhana sehingga betul-betul efektif di dalam kelas? saya dapat menjawabnya dalam suatu seminar atau workshop khusus untuk guru.

Saya bisa memberikannya dengan GRATIS sebagai layanan sosial. Guru membawa sendiri laptopnya, atau sekolah menyediakan laptop yang memang bisa digunakan secara bersama-sama disekolah. Pelatihan minimal di ikuti 10 orang guru dan maksimal 25 orang (workshop) dan tidak terbatas (seminar) dan menyediakan ruang pelatihan sendiri seperti di sekolah atau tempat yang memungkinkan. 

Materi pokok pelatihan ini adalah pembuatan media pembelajaran berbasis ICT di dalam kelas, sedangkan basis pembelajaran tetap menggunakan tehnologi yang humanis dan tak akan pernah tertandingi di dunia yaitu pembelajaran berbasis siswa (student centered learning).

Perbedaan bentuk pelatihan seminar dan workshop adalah sperti ini:
seminar: peserta tidak terbatas, sesuai ruang, durasi 90 menit, sudah termasuk seremonial (kalau ada), tidak perlu bawa laptop, saya telah membawa simulasi program. Target utama: pemahaman tentang pemahaman, pengetahuan tetang tehnologi pembelajaran di dalam kelas dan contoh-contoh presentasi yang efektif dapat di copy secara gratis, guru dapat mempraktikannya di rumah atau di waktu luang mereka di sekolah. Saya membawa perlngkapan sendiri laptop dan sound system tetapi saya tidak punya LCD untuk presentasi sehingga sekolah (panitia) menyediakan sendiri.
workshop: peserta terbatas, minimal 10 orang maksimal 25 orang, durasi 180 menit sudah termasuk seremonial (kalau ada), peserta sudah bisa mengoperasikan fitur-fitur dasar PowerPoint, membawa RPP yang sudah dalam bentuk softcopy dalam dokumen word atau excel, target utama: pembuatan media pembelajaranan berbasis ICT, guru membawa laptop atau sekolah menyediakan yang sudah terinstall PowerPoint. Saya membawa perlngkapan sendiri laptop dan sound system tetapi saya tidak punya LCD untuk presentasi sehingga sekolah (panitia) menyediakan sendiri.

Segera hubungi saya, kesempatan ini terbatas, karena waktu saya juga terbatas.

Sementara hanya  untuk guru di wilayah Jember, Bondowoso, Banyuwangi. Tempat lain, masih menunnggu teman-teman guru lain yang bersedia menjadi volunteer (sukarelawan). Jika Anda adalah guru yang juga ingin berbagai pengetahuan kepada guru lain tentang tema ini (pembuatan media pembelajaran berbasis ICT), bersedia bekerja tanpa dibayar, mendukung misi empowering guru hubungi saya dan ikuti pre-departure workshopnya bersama saya di SMK NEGERI 1 JEMBER. 

Diskusi Dengan Phillip Rekdale- Konsultan Depdiknas-Tehnologi Pembelajaran

Riyadi Ariyanto di www.englishviasms.wordpress.com : Bagi Guru atau dosen yang tinggal disekitar Kabupaten Jember, ikuti pelatihan "pembuatan media pembelajaran berbasis ICT" GRATIS dari saya.

Phillip Rekdale: ‎"Student presentations can take a form of traditional PowerPoint presentation or creative approach that includes role plays, drama etc. Such group-works foster abilities to work in teams, which is essential in today's workplace.
"Presentasi Oleh Pelajar Memakai PowerPoint Dianggap Tidak Kreatif.
http://pt.metodologi.com/
Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto: Oleh sebab itulah, pelatihan ini dimaksudkan. Apa dan bagaimana PowerPoint bisa powerful sbg media. Jangan pukul rata. dong. Mind set yang terlanjur tertanam adalah mengajar pakai PowerPoint itu mewah, canggih dll. nah di pelatihan kami akan ungkapkan, bagaimana PowerPoint yang powerful, bagaimana yg useless. nah, oc?

Phillip Rekdale
: Apa Teknologi Yang Terbaik Sebenarnya?
"Biasanya Teknologi yang dapat menstimulasikan "discovery learning" dan membangunkan proses analitikal dan problem solving, "berbasis-kreativitas pelajarnya" adalah teknologi yang sesederhana mungkin untuk mencapaikan tujuan pembelajarannya. Makin sederhana makin banyak mereka terpaksa menggunakan kreativitas mereka sendiri, maupun berpartisipasi dalam proses pembelajaran"
http://teknologipendidikan.com/kebijakan-ict.html
Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto: Ya setuju, bahwa media yang digunakan oleh guru harus mampu menstimulasi siswa untuk menggali lebih dalam secara mandiri. Saya setuju pandangan semakin sederhana media itu akan semakin mendorong discory learning dari di dalam siswa. Lihat fakta yang terjadi? Jutaan guru mendambakan mengajar dengan PowerPoint (LCD), saya berkeliling ke banyak sekolah dan universitas, melihat presentasi dgn PowerPoint yang useless, membingungkan, bahkan membosankan.

Riyadi Ariyanto: seringkali PowerPoint bukan membantu siswa belajar, tetapi hanya sekedar membantu guru atau dosen sendiri. Mereka kehilangan kreativitas, siswa mendengarkan, menonton teks-teks tak berarti, sementara guru atau dosen dua jam tak beranjak dari mouse-nya. Nah, bagaimana menjelaskan ini semua, pelatihan saya ini akan mengungkapkan hal itu. Saya akan berusaha memberikan gambaran bagaimana menggunakan PowePoint yang powerful, mana yang harus ditinggalkan.

Phillip Rekdale:  Kita harus mengarah ke "Pembelajaran-Aktif dan Kontekstual" yang dapat dijalankan di Seluruh Indonesia Sekarang, Tidak Perlu Komputer.
http://Metodologi.Com/
Kalau guru menggunakan LCD saja ini biasanya adalah sangat bahaya karena yang dilaksanakan adalah Pembelajaran-Pasif (Guru atau LCD Centered Learning).

"Guru Masih Terlalu Dominan di Kelas"
(Professor Fasli Jalal - Wakil Menteri)
"JAKARTA, KOMPAS.com - Proses belajar-mengajar di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas.

"Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa." -- Fasli Jalal
http://Pendidikan.Net/
Ini Masalah Utama Dengan Menggunakan Teknologi Canggih Juga. Pembelajaran-nya menjadi Teknologi Centered dan Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa. Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto:  Pandangan pemerintah yang menghitung rasio penggunaan komputer dengan jumlah siswa untuk efektifitas pembelajaran berbasis TIK adalah pandangan dari yang termudah bahkan mendekati keliru. Saya seorang guru yang melihat ratusan komputer tergeletak tak berguna di sekolah-sekolah jug di universitas tanpa perawatan. Mereka menerima lagi, mereka membeli lagi. Duh. saya sering merinding melihat itu semua. sebuah sekolah dengan 1200 siswa punya 400 komputer canggih, tapi tak berdaya apa-apa. Mengapa bisa begini? Pandangan sekolah mungkin juga pemerintah masih menganggap bahwa komputer itu adalah mesin ketik kalau jaman dulu, sehingga harus pegang satu-satu. satu anak satu mesin ketik. Ah, ini yang harus di luruskan. SEGERA. Minim sekali yang berfikir bahwa sebuah laboratorium komputer yang berisi 8 unit, dipandang sebagai studio atau bengkel kerja dan digunakan bila ada kompetensi yang memang lebih efektif dikerjakan di komputer. Faktanya, sekarang lab yang sempit berisi 40 unit komputer acak-acakan, sangat tidak efektif, membunuh kreatifitas tetapi masih menjadi mimpi (CITA-CITA) bagi sekolah-sekolah. Nah, siapa yang bisa mensosiallisasikan ini semua, siapa yang bisa berbuat yang bukan hanya berbicara di gedung-gedung pendidikan di Jakarta, siapa yang peduli terhadap semua itu?

Riyadi Ariyanto: ‎"Guru Masih Terlalu Dominan di Kelas"
(Professor Fasli Jalal - Wakil Menteri)
"JAKARTA, KOMPAS.com - Proses belajar-mengajar di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas.

Bagus kan Prof. Fasli Jalal, saya setuju buanget. sayangnya Prof, tidak bisa berhenti dengan seperti itu karena bapak prof. adalah bapak saya, karena saya adalah seorang guru. Apa sebenarnya yang terjadi pada anak-anaknya di seluruh Iindonesia, terutama jika sudah berfikir tentang komputer?

Phillip Rekdale:  Re: "saya sorang guru yang melihat ratusan komputer tergeletak tak berguna di sekolah-sekolah juga di universitas tanpa perawatan"

Perawatan adalah salah satu masalah besar... Di negara maju sama. Tadi saya sebut: "ICT dapat membunuh kreativitas, sangat terbatas oleh kekurangan infrastruktur, maupun biaya perawatan yang sangat mahal, banyak sekolah tidak dapat merawat sekolah saja, maupun ratusan komputer (puluhan juta secara nasional)...."
Jangan kuartir... Di luar negeri banyak komputer juga disimpan di gudang sekolah setelah guru-guru sadar bahwa Pembelajaran Berbasis-ICT hanya adalah retorika (tidak bermutu)... Pasti sama di sini nanti dan semoga setelah itu ada cukup komputer untuk mencapaikan Mata Pelajaran TIK di semua sekolah yang adalah penting untuk kerja. :-)
Sabar saja... Yang penting menuju pendidikan yang bermutu
http://Metodologi.Com/
Salam Teknologi Pendidikan

Riyadi Ariyanto: ok setuju, saya sudah sering juga mendengar bapak saya bilang sabar, sabar, sabar, seolah-olah ini tidak berhubungan dengan generasi bernama manusia.

Selesai

Sejumlah Percobaan Menarik Tuhan Ke Dalam Ruang Ujian

KARAWANG - Jelang ujian nasional (UN), ratusan pelajar SMK PGRI Jatisari, menggelar ISTIGHOSAH dan doa bersama.

BEKASI BARAT- Sebanyak 212 siswa kelas III program kejuruan Teknik Kendaraan Ringan (TKR) dan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) SMK Bina Mandiri Bekasi, mengikuti ISTIGHOSAH atau doa bersama serta zikir.

PURWAKARTA - Sebanyak 508 siswa SMKN I Purwakarta di Kecamatan Babakancikao, menggelar ISTIGHOSAH dalam menghadapi ujian nasional (UN).

PANGKALPINANG - Menjelang Ujian Nasional (UN), Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Pangkalpinang menggelar ISTIGHOSAH, zikir dan doa bersama.

MAJALENGKA - Terkait peningkatan kesiapan spiritual siswa yang akan mengikuti Ujian Nasional, ratusan siswa SMAN 1 di Kabupaten Majalengka, menggelar ISTIGHOSAH dan dzikir bersama.

SUMENEP - Menjelang pelaksanaan Ujian Nasional, ratusan siswa SMA Negeri 1 Sumenep, menggelar ISTIGHOSAH di aula sekolah setempat.

LEBAK - Menghadapi UN, pelajar SMAN 1 Malingping menggelar ISTIGHOSAH atau doa bersama di sekolah.

BLITAR - Sebanyak 1500 pelajar putra dan putri kelas 12 tingkat SMA, SMK, MA se-Kota Blitar mengikuti ISTIGHOSAH.

MATARAM - Ribuan siswa dan guru melaksanakan ISTIGHOSAH akbar di masjid raya attaqwa Mataram, NTB.

GROBOGAN - Siswa kelas XII SMA Negeri 1 Purwodadi menggelar ISTIGHOSAH dan doa bersama di lingkungan sekolah setempat.

TANGERANG, Sedikitnya 18 ribu pelajar tingkat SMP dan SMA Kota Tangerang mengikuti ISTIGHOSAH dan doa bersama, yang digelar di Masjid Raya Al Adzom.

BANDUNG - Ratusan siswa SMKN 1 Bandung Jalan Wastukencana mengikuti ISTIGHOSAH menjelang ujian nasional dan melakukan shalat dhuha , membaca Al-quran, dzikir dan doa bersama di lapangan sekolah.

SERANG - Menjelang ujian nasional yang akan diselenggarakan senin pekan depan ratusan siswa-siswi SMA dan SMK se-Kota Serang dan se-Kabupaten Serang, Banten, mengelar ISTIGHOSAH di Masjid At-Tsauroh Kota Serang.

BOGOR - Menjelang Ujian Nasional atau UN, sejumlah sekolah di Cibinong menyelenggarakan ISTIGHOSAH.

LAMONGAN - Untuk mempersiapkan mental siswa agar siap menghadapi UN, SMA NEEGERI 1 SUKODADI menfasilitasi kegiatan ISTIGHOSAH.

GARUT- Sebanyak 397 siswa SMKN 1 Tarogong Kidul Garut ISTIGHOSAH di lapangan olah raga.

JEMBER - Jelang pelaksanaan ujian nasional (Unas) ribuan pelajar SMA/SMK/MA dan SMP sekabupaten Jember mengikuti ISTIGHOSAH atau doa bersama di Masjid Jami Al Amin alun-alun. 

JOMBANG - Menjelang Ujian Nasional (UN) ribuan siswa-siswi di Jombang menggelar ISTIGHOSAH dan doa bersama.

MALANG - Sebanyak 1.500 siswa dan orang tua siswa peserta ujian nasional di SMU Negeri 1 Kepanjen, menjalankan aksi ihtiar batin menghadapi ujian nasional berupa ISTIGHOSAH atau doa bersama.

DAN BANYAK- ISTIGHOSAH lagi di google untuk ujian nasional.


Semoga Menginspirasi.

11 Desember 2011

Untuk YK

Aku membaca catatankau di atas bis dalam perjalanan dari Jember menuju Banyuwangi setelah kuserahkan uang sepuluh ribu kepada kondektur. Aku membawa ransel, sepatu trekking dan topi rimba, tapi aku lupa ‘mencangking’ kacamata. Dan aku membawa virus untuk otakkau, bersiaplah untuk tertular jika kau tak kebal.

YK, aku ingin berbagi dengankau tentang hidup yang kau sebut penuh liku-liku. Aku ingin meluruskan carakau mendefinisikan bahagia yang menurutkau adalah suatu keadaan seseorang yang terpenuhi akan segala keinginan dan harapannya. Bagaimana bisa kau menilai apakah seseorang itu bahagia dan kecewa? standar apa yang kau gunakan bahwa aku adalah gembira atau sengsara? Apakah kau menilai manusia dengan apa yang ia pakai, dengan apa yang ia bawa, dengan apa ia pasang dinamanya? aku ingin mengentutikau. Sebab orang menagis belum tentu susah. Sebab orang tertawa belum tentu bahagia.

YK, manusia dilahirkan tidak dalam keadaan baik juga tidak dalam keadaan buruk, persis seperti binatang. Bedanya, kita punya kesempatan untuk menjadi manusia, sedangkan mahluk yang lain hanya bisa merindukan proses ini. Kera, adalah mahluk paling mendekati rupa manusia. Seekor kera menyimpan kerinduan yang mendalam untuk mencapai kesempurnaan manusia. Kerinduan pada kesempurnaan inilah yang memungkinkan seekor kera bisa berhati manusia. Sedangkan manusia yang kehilangan rindunya pada kesempurnaanya adalah mahluk berupa manusia tapi berhati kera.
Sesungguhnya, kerinduan akan kesempurnaan sebagai manusia inilah yang menjamin kita bisa disebut manusia. Tanpa itu, kita adalah monyet, buaya, cacing atau yang lainnya. Adakah kau rasakan kerinduan itu?

“Tak ada mahluk yang sempurna”. Ini propaganda setan yang sengaja disebarkan agar mahluk bernama manusia menjadi frustasi, pesimis dan merasa tak mungkin mencapai kesempurnaannya. Kesempurnaan menjadi jauh, dan kemudian sulit untuk didefinisikan. Setan menggantinya dengan kata “bahagia”. Lantas semua orang mencari kesana kemari, berlomba, mensyahkan segala cara agar bertemu ‘bahagia’. Hasilnya, kita tersesat di rimba raya propaganda dan bujuk rayu belilah ini belilah itu. Lihatlah, agama kita kuwalahan, hingga harus mengiming-imingi kita dengan surga dan menakut-nakuti kita dengan neraka, agar manusia mau kembali kepada usaha mencapai kesempurnaan. Politik iming-iming inilah yang kemudian hari terus menerus memandu manusia menjadi rakus, serakah, korup dan bahkan tega membunuh demi sebuah kata bernama ‘bahagia’.

YK, bahagiakah kita? Tidak YK, sama sekali tidak. Semakin kita cari di luar sana, semakin kita tidak menemukannya. Kenapa, YK? Karena bahagia itu adalah jelas-jelas hanyalah ilusi agar kita semakin tersesat. Jauh, jauh dan semakin jauh. Keburukan atau kejahatan itu tidak berasal dari luar sana. Itu berasal dari dirikau sendiri. Oleh karena itu, kau tak usah menyalahkan dirikau sendiri saat kau berbuat salah, sekaligus jangan merasa kau tak bertanggungjawab atas keburukan itu. Sama juga YK, kebaikan juga tak datang dari luar sana, dia ada dalam dirikau sendiri, dia adalah kerinduan akan datangnya kesempurnaan menjadi manusia, hakikat kita di ciptakan.

YK, di Hari Minggu aku bisa mencium harum parfumkau saat kau berangkat ke gereja. Apa kau bertemu Tuhan disana? Apa kau kesana demi iming-iming itu? Tuhanmu mengabulkan do’akau? Apakah orang-orang disana mengajakkau pada ilusi ‘bahagia’ juga?

YK, Apakah kau merasakan seperti yang aku rasa, saat aku di masjid di Hari Jum’at, HP ku tenggelam ke air disalah satu kamar mandinya. Itu HP mahal YK, senilai dua bulan gajiku. Dan sumpah, aku menyesal pergi ke masjid, dan berjanji tak kan kesana lagi. Toh Tuhan tidak mengerti susah payahnya aku bisa memiliki HP pujaanku. Lantas dengan segala daya, aku curi uang di laci kantorku untuk mengganti HP kesayanganku.

Dengan demikian, bukankan aku menempatkan HP derajatnya lebih tinggi dari Tuhanku? bukankah dalam sehari-hari kita lebih percaya harta benda yang kita punya dari pada pertolongan Tuhan? bukankah kita lebih percaya uang (nyata) daripada Tuhan (abstrak)? bukankah hari-hari kita hanya dipenuhi ketakutan kita menjadi miskin? bukankah hari-hari kita terus disiksa mempertahankan jabatan, pekerjaan daripada menyampaikan kebenaran? bukankah kita lebih hormat pada atasan, rekanan, juga kawan daripada orang tua kita sendiri? bukankah kita sehari-hari disibukkan membeli apa yang kita inginkan daripada apa yang kita butuhkan?

YK, sungguh kita hidup dalam rimba tipu daya.

YK, apakah kita manusia YK? Tidak YK. Kita adalah monyet.

Jember, 15 Maret 2011

1 April 2011

Saya Ingin Menampar Mereka Tapi Saya Takut.

Kemajuan bangsa dimanapun di seluruh dunia, bergantung kepada sejauh mana perhatian pemerintah dan masyarakat secara luas terhadap kualitas layanan pendidikan (sekolah).

Catatan saya ini, mencoba melihat sisi yang berbeda dari biasanya kita dengar tentang ironi pendidikan di negeri ini, yang selalu menyoroti kegagalan pemerintah pusat dalam mengelola pendidikan. Sedangkan sekolah dan guru masih berkubang dengan paradigma lama, sebagai institusi dan orang suci yang sulit menerima kritik. Sudah terlalu muak kita mendengarkan cerita-cerita tentang bangunan sekolah ambruk, atap bolong dan bocor, bangku belajar yang kurang, minim fasilitas dan sederet kisah-kisah para guru yang tak sejahtera lantaran gaji mereka yang memang tak layak, tunjangan yang 'disunat', guru merangkap pedagang bakso, tukang ojek, makelar dll. Bosan.

Dua minggu terahir di bulan Februari 2011, saya mengunjungi sekitar dua puluh sekolah dasar negeri dan sekitar delapan sekolah dasar swasta di kota dan desa dalam wilayah kabupaten. Saya memotret aneka persoalan yang dihadapi oleh sekolah, orang tua dan murid. Saya berbincang dengan mereka, mulai dari kepala sekolah, guru dan seringkali saya singgah di beberapa rumah wali murid dan juga orang-orang tua yang tidak menyekolahkan anak-anaknya.
Begini diskripsi dan pendapat yang tidak dapat di generalisasi berlangsung di semua sekolah dasar:

Kepala sekolah dan guru, miskin wawasan dan kreatifitas.


Kepala sekolah adalah posisi sentral di sekolah-sekolah itu. Sebagian besar kepala sekolah tidak mengajar, walaupun mereka tahu bahwa jabatan kepala sekolah hanyalah tugas tambahan yang dibebankan kepada mereka selain mengajar. Kepala sekolah mengepalai lingkungan sekolah dan guru-guru. Dia, figur yang dikenal dengan orang yang lebih dekat ke atas daripada ke bawah dengan guru, murid apalagi wali murid. Kesibukan kepala sekolah sebagian besar berhubungan dengan tugas-tugas administrasi, seperti laporan dana BOS dan penggunaannya, rapat-rapat di luar sekolah seperti PGRI, rapat-rapat di UPTD, juga rapat-rapat di kantor kecamatan. Kepala sekolah datang di pagi hari, memantau keadaan, kemudian pamit ke beberapa teman guru, dan seringkali tak kembali karena urusan yang diurusnya seringkali sampai siang hari.

Secara fisik, sekolah-sekolah ini sangat susah untuk menciptakan rasa rindu bagi semua warganya untuk kembali ke sekolah. Bukan hanya kotor, tetapi juga gersang dan kosong. Ruang-ruang yang nampak seperti gudang tak terurus, jauh dari harum, warna cat dinding yang 'norak', alat peraga IPA yang sepertinya belum pernah terpakai, berplastik dan berdebu. Tak ada kreatifitas dari kepala sekolah, dari guru, dari murid dan wali murid. Mereka seperti pasrah terhadap keadaan, entah sampai kapan. Mereka mengeluh murid mereka miskin. Mereka mengeluh tidak adanya dana untuk mengelola kreatifitas. Mereka mengeluh rendahnya motivasi murid. Mereka mengeluh murid lebih tertarik bermain PS (play station) ketimbang belajar di sekolah. Mereka mengeluh sarana dan fasilitas sekolah. Mereka mengeluh bantuan dana BOS yang minim. Mereka mengeluhkan kepala sekolah mereka sendiri, kepala UPTD, kepala dinas, kyai-kyai di sekitar sekolah, pengawas dan ketidakadilan sertifikasi. Mereka mengeluh tidak ada buku-buku penunjang, mereka mengeluh berat mengajar kelas 1 karena muridya tidak melewati pendidikan di TK. Guru-guru kelas 6 kebanyakan adalah guru-guru honorer muda yang memang lebih bertanggung jawab dan bersemangat, tetapi mereka dibayar murah. Kepala sekolah nampaknya tidak ingin mengambil resiko karena murid-murid kelas 6 harus menghadapi ujian-ujian regional. Mereka mengeluh. Mereka mengeluh.

Saya ingin menampar mereka tapi saya takut.

Orang tua di kota yang mampu secara ekonomi menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah dasar swasta, lebih terjamin kata mereka. Bayar mahal tak masalah asal puas dengan guru-guru yang terlatih, sekolah dengan taman-taman yang rindang dan bersih. Fun school, fullday school, integrated school, international school. Sekolah-sekolah yang menggunakan papan nama berbahasa inggris juga bahasa arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil dari anak-anak Indonesia. Sebagian besar anak, ada di desa dengan sekolah tanpa taman, tanpa perpustakaan, tanpa rindang bahkan seringkali tanpa guru di dalam kelas. Mereka tanpa sengaja didorong menyadari dan menerima saja takdirnya, bahwa begitulah hukumnya jika orang tua mereka bodoh dan miskin.

Saya ingin menampar mereka tapi saya takut.

Ponitri, Pohon Sawo dan Abdul Karim

Aku pernah melihat gambar kerbau dan seekor burung di punggungnya. Kata Bu Murni guru SMP," Ini gambar simbiosis mutualisme". Kemudian ikan kampak dan ikan duri juga penyu laut dan ikan karang. Belakangan ini aku ingin memasukkan gambar koruptor dan jaksa, polisi dan pelanggar lalu lintas untuk melengkapi diskripsi simbiosis yang saling memberikan manfaat.


Aku sering tertawa melihat orang-orang berpakaian sarimbit di acara-acara manten, halal-bihalal. Suami istri beserta anak-anaknya berpakaian seragam besar kecil, seringkali motif batik, seperti rombongan marmot yang pamer birahi. Kata orang, mereka adalah keluarga bahagia, harmonis, serasi, sarimbit.

Aku tidak punya bapak, karena dia mati, setelah menitipkan air yang keluar dari kemaluannya di rahim ibuku. Tujuh saudara perempuan di atasku tak pernah saling bertemu sampai kami dewasa. Kami baru tahu bahwa anak pertama, kedua, ketiga, mati sebelum mereka remaja. Ibu bekerja dari pagi sampai jam 10 malam. Kami nyaris tidak bertemu, sebab ibu juga bekerja di hari minggu.

Suatu hari, seekor jin (aku sebut seekor, karena waktu itu, diskiripsi yang ada di otakku tentang jin adalah binatang raksasa, besar, jahat dan pemangsa) menyembunyikan aku di sebuah pohon sawo. Seingatku 2 hari, aku tahu dari catatan daftar hadir di sekolah, aku tidak masuk 2 hari. Sungguh jin goblok. Jin iseng yang menggoda manusia agar terjadi keributan di masyarakat yang akan mencari anak hilang. Jin itu tidak tahu, bahwa takkan ada satupun orang akan mencariku termasuk ibuku sendiri. Hal ini benar, sampai aku sadar. Aku menunggu sampai benar-benar tidak ada orang melihatku. Aku tidak ingin mengundang perhatian orang. Aku melompat turun dari atas pohon sawo. Sakit bukan main. Kakiku bengkong. Tapi aku tidak menangis, menahannya sampai rasa sakit itu hilang sendiri. Dari sini aku belajar, sakit itu karena dirasa.


Aku tidak tahu, bahwa ada kata ‘sarapan’ yang mengganti kata makan pagi, sebab yang kutahu, orang makan kalau lapar, atau makan kalau ada yang mau dimakan. Kemudian di sekolah, guru mengatakan bahwa makan itu tiga kali sehari semalam. Aku tertawa, dengan kalimat itu, tapi guruku terlanjur marah, dikira aku menertawakan resleting celana guruku yang terbuka.Ya, aku ingat, Abdul Karim guru itu.

Tidak ada ibu di rumah, tidak ada kompor, tidak ada tungku, tidak ada alat masak. Sesekali ibu akan membawa makanan sepulang kerja, sekitar jam 10 malam.

Aku senang bila banyak orang mati di sekitar kampungku, karena aku akan dapat jatah makan setidaknya 7 malam berturut-turut dengan pura-pura ikut tahlilan. Bila malam, di sebuah surau tempat aku tidur, hatiku sangat girang bila mendengar beduk masjid di tabuh tiga tiga, itulah tanda ada orang mati. Bunyi rejeki pikirku. Makananku. Sayangnya, tuan rumah tak selalu memberi hidangan nasi sepanjang tujuh malam. Sedih, saat orang tahlil berteriak-teriak, “amin... amin.... amin .. amin... amin.. ..” Aku melirik piring bergeser diantara kami. “Waduh kolak pisang, kecut kadang sepet, seringkali bikin perutku malah jadi mules.”

Dalam satu surat yang kutulis di suatu sore di bawah pohon kelapa, tidak jauh dari masjid, "Tuhan, buatlah orang mati ini bergiliran. 7 hari, 7 hari kemudian, 7 hari kemudian. Aku janji nanti kalau aku mati, yang makan seribu orang lebih, tidak 7 hari tapi 700 hari". Surat ini aku selipkan di songkok ngajiku, songkok nasional, kopiah anti air berwarna hitam.

Surat ini berhasil diselamatkan oleh teman ngajiku. Seorang perempuan benama Ponitri yang memungut surat ini dengan gemetar karena mengira itu adalah surat cintaku kepadanya. Dia katakan, surat itu dia temukan terjatuh dari kopiahku, saat teman-teman di masjid main lempar-lemparan. Dia menyimpannya di sela-sela Al Quran di rumahnya. Aku beruntung mendapatkan surat itu lagi.

Aku meninggalkan kampungku setelah lulus sekolah dasar. Hidup dalam dunia yang indah, aman dan bersahabat, walau aku tak tahu, keluarga itu apa, siapa bapak, apa peran ibu selain melahirkan. Mengalir saja, ya hidup saja, seperti sungai temanku, yang setia mengantarkan surat-suratku kepada laut, mungkin juga kepada Tuhan, mungkin juga hanya larut bersama kotoran manusia. Kepada gunung temanku, yang karena tingginya, aku bisa melihat barisan pohon cemara di kampungku dari atas sana.

Desas Desus Desis

Sore hari setelah hujan deras di akhir oktober 99, saya berdiri di dekat perempatan jalan, menunggu teman yang akan mengunjungi kampung saya. Sudah empat puluh menit lebih sepertinya, teman saya belum juga datang. Badan saya kedinginan sampai hadir satu peristiwa di muka saya, peristiwa yang tak mudah dilupakan sampai sekarang.

Seorang istri diuntir-untir rambutnya, dipukuli, ditendang, diludahi, ditelanjangi di jalanan kampung. Istri itu menangis, menjerit, meronta memohon ampun kepada sang suami, namun tak seorang menggubrisnya. warna merah di sekujur tubuhnya, berlarik-larik seperti orang habis kerokan. Merah basah.

Penduduk berdesak-desakan, berlomba mendekati perempatan. Berbondong-bondong adu cepat berebut tempat terdepan. Berduyun-duyun anak-anak, suami- istri, kakek-nenek datang untuk menyaksikan 'adegan' secara live di TKP, persis seperti peristiwa pertama kali di kampung saya, diperkenalkan layar tancap oleh BKKBN sekitar tahun 80-an.

(foto ini tidak ada hubungannnya dengan isi cerita, saya memilih foto ini atas alasan suka saja. foto ini diambil pada saat saya berkunjung ke rumah teman, saya bertemu teman lama, pasangan suami istri yang kompak berbagi rokok kretek sehari semalam menghabiskan 5 sampai 6 bungkus berdua)
Saya sendiri tidak begitu jelas, apa yang menarik waktu itu bagi orang-orang kampung. Apakah mereka sengaja datang untuk sebuah tontonan perempuan telanjang, atau karena kejadian persetubuhan ilegal antara seorang istri dengan seorang kyai kampung pertama kali terjadi, atau mereka memang datang untuk membela. Membela yang mana.

Tentu peristiwa itu, tidak sedap di pandangan saya, karena saya baru saja membaca makalah Dr. Ayu Sutarto, Budayawan dari Universitas Negeri Jember, tentang hak-hak perempuan dalam kesetaraan gender. Puluhan pertanyaan muncul dari dalam hati saya namun mengendap lagi ke dalamnya. Dan ribuan pertanyaan demi pertanyaan muncul dari mulut-mulut dari kerumunan orang sekampung.

Lastri (bukan nama sebenarnya) adalah seorang perempuan beranak satu, terkenal sebagai penggoda laki-laki.
Sukiman (juga bukan nama sebenarnya) adalah suami, mantan maling yang sudah tobat. Menikahi lastri, tiga tahun sebelum kejadian di perempatan jalan. Sukiman adalah seseorang yang merasa dirinya sang pahlawan ( seperti juga opini kebanyakan orang di kampung saya) menikahi 'perempuan rusak', mengangkat derajat Lastri dari lembah nista pelacuran menuju tempat mulia sebagai istri, sebagai ibu.

Kyai Musropah (juga bukan nama sebenarnya), adalah seseorang yang karena langkanya di daerah perkebunan, sulit mencari orang yang paham benar ilmu agama, dipanggil pak kyai walau awalnya hanya bisa baca kitab barzanzi. Beristri satu punya anak tiga. Dibayar oleh perusahaan perkebunan untuk merawat kebersihan masjid, mengajar baca Qur'an dan bertugas adzan 5 kali sehari semalam.

Kejadian itu tidak pernah di bawa ke pengadilan. telinga saya terlalu sulit untuk tidak mendengarkan desas desus yang beredar setiap detik di warung, di masjid, di dapur, di sungai, di poskamling, di setiap-tiap orang berkumpul.

“Dasar pelacur.”

“Mana mungkin seorang kyai yang rajin beribadah tertarik dengan perempuan jelek seperti Lastri."

“Sukiman tak lelaki.”

Para pemuda juga berdesas berdesus sambil menggenggam botol minuman topi miring di tangannya.

“Lastri sex maniak."

“kenapa lastri tidak coba lawan kita-kita saja ya, satu lawan lima. ha... ha ...ha ...ha ...."

Gadis-gadis kampung juga berdesus, "Lastri gatel terus.”

Sekian banyak desas desus itu ujungnya tetap, fokusnya sama, muaranya satu, Lastri mantan pelacur tidak bisa berterima kasih pada Sukiman yang telah mengangkat derajat hidupnya. Desas desus yang terdengar kecil sekali, seperti orang mendesis, "Musropah kyai gadungan".

Dengan kegelisahan yang mendalam, antara marah dan malu yang ditanggung oleh suami, Sukiman datang ke rumah kyai Musropah, kira-kira setelah sholat isya dan menangis sejadi-jadinya di depan kyai, " mohon maaf pak kyai, istri saya telah menggoda kyai."

Jika kebetulan anda disana, apa desas dedus desis yang akan anda keluarkan?


Semoga menginspirasi.

Peta Konsep

Peta konsep adalah salah satu cara bagaimana merepresentaikan informasi secara visual kepada siswa. Salah satu fungsi utama dari otak adalah mengintepretasi setiap informasi yang datang sehingga informasi tersebut mempunyai arti. Otak akan lebih mudah mengerjakan hal itu apabila informasi tersebut disajikan secara visual. Inilah alasan mengapa sebuah gambar dapat lebih efektif daripada ribuan kata.

Peta konsep adalah jalinan dari beberapa konsep yang saling berhubungan. Biasanya, peta itu terbentuk dari nodes dan link. Nodes merepresentasikan konsep-konsep yang berhubungan dalam satu topic. Link merepresentasikan hubungan antara konsep-konsep tersebut. Peta konsep dapat digunakan oleh guru pada saat mengawali sebuah topik, sehingga dapat membantu siswa mengetahui hubungan antara konsep dan memahami antar konsep yang berbeda. Guru dapat menfokuskan pada satu atau dua aspek, dan selebihnya biarkan siswa mempelajari konsep-konsep tersebut secara mandiri. Gambar berikut adalah contoh peta konsep untuk binatang bernama: kalajengking.


Banyak informasi yang kita berikan kepada siswa sifatnya begitu abstrak untuk segera bisa dipahami. Membuat peta konsep adalah cara yang baik agar siswa dapat mencapai kerangka pengetahuan yang sedang dipelajarinya dan dapat menghubungkan pegetahuan antar konsep yang disajikan guru.

Guru dapat membuat skenario seperti ini: di awal pertemuan, guru memberikan sebuah peta konsep kepada siswanya untuk menyampaikan satu aspek. Setelah itu, siswa dapat menggambar aspek-aspek berikutnya baik secara individu maupun kelompok. Peta konsep ini akan membantu siswa untuk memahami hal baru dan memaksa mereka  untuk secara aktif dan berfikir kritis sehingga apa yang telah dipelajari akan lebih melekat.

Peta konsep ini banyak berguna di semua mata pelajaran. Dalam pembelajaran bahasa, misalnya, peta konsep sangat membantu siswa dalam  memahami isi bacaan dan sangat berguna juga dalam pembelajaran menulis. “Peta konsep atau ‘mind mapping’  bermanfaat membantu siswa dalam pembelajaran menulis, mengarang misalnya” (Retno Repelitawati, 2010, Thesis Proposal). Lebih lanjut Repelitawati menjelaskan bahwa dalam pembelajaran menulis, peta konsep akan membantu siswa dalam mengorganisasi gagasan, mengidentifikasi ide, topik utama dan kata kunci yang berhubungan dengan topik tulisan.

Dengan peta konsep, siswa akan menemukan dan menghubungkan konsep-konsep baru. Siswa akan menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan barunya, menjadi sebuah struktur pengetahuan yang eksis.

Semoga Menginpirasi.

7 Februari 2011

Prosesnya

Kedua matanya bengkak. Dia menangis di becak dalam perjalanan pulang ke rumah dari sekolah.

Setelah mengucapkan salam dan menjulurkan tangan ke ibu di teras rumah,  dia masuk kamar dan melempar tasnya tinggi-tinggi hingga ke atas lemari. Tidak keluar dari kamar untuk beberapa saat, kemudian ibu bertanya, "ada apa, nak?” Tetapi tidak ada jawaban.

Ada masalah di sekolah. Demikian di fikiran ibu setelah mencoba beberapa pertanyaan tapi tetap tak ada jawaban dari anaknya. Kemudian, ibu dengan tidak sengaja melihat tali tas bergelantung, menyembul dari atas lemari. Ibu memeriksa pekerjaan sekolahnya. Dan ibu melihat gambar lucu tapi tidak tampak senyum sedikitpun di wajahnya. ibu menemukan ini di buku matematika anaknya:



Ibu keluar kamar, anaknya mengikuti.  “Ibu jangan menelepon pak guru, jangan bu, jangan.... Ibu marahin aku saja... marahin aku saja bu, tapi jangan menelepon pak guru. jangan bu jangan bu...”.

Ibu mengambil buku catatan, buku bersampul tebal berwarna merah yang penuh dengan catatan belanjaan.  saya mengintip coretannya:

Pada saat kita mengajarkan satu kemampuan atau kompetensi kepada siswa, seringkali rencana pembelajaran kita hanya fokus kepada ‘hasil’ atau tujuan, seringkali mengabaikan proses yang berhasil dicapai oleh siswa. Pada soal itu, tentu tidak bisa membenarkan hasil penjumlahan itu. Ada satu kesalahan. Tetapi ada dua kebenaran yang tidak dihargai sama sekali.  4+9=13. Benar. 7+2=9. Benar.

Semoga menginspirasi.

Jember, 5 Februari 2011
sepulang ta'siah dari rumah Pak Usman, Sukorejo.

1 Februari 2011

Yang Terlupa (3-habis)

bagian tiga: Menghargai (menilai) Sekolah

Bagamana pandangan siswa terhadap sekolah, terhadap mata pelajaran yang diikutinya? apakah siswa datang ke sekolah secara sukarela?, apakah siswa belajar karena takut kepada orang tua atau guru?, apakah siswa merasakan sekolah itu bermanfaat? atau mereka berfikir sekolah tidak lebih penting dari hanya sekedar mendapati ijazah? atau mereka sedang mengikuti mata pelajaran yang tidak tahu tujuannya apa? Apakah mereka percaya bahwa dengan belajar di sekolah akan mencapai hidup yang lebih baik?  atau mereka memang tidak pernah di beri tahu, mengapa  harus belajar bab ini bab itu.

“Apa pentingnya belajar bahasa inggris, toh saya tidak akan pernah ke luar negeri, naik angkot saja saya mabuk.”

“Ngapain mesti belajar fisika, biologi, geografi.”

“Untuk apa belajar sejarah, padahal yang kita perlu adalah masa depan.”

“saya tidak tertarik samasekali belajar matematika rumit, karena paling yang betul-betul di pake hanya, menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Dan itu semua gampang buanget, dengan kalkulator.”

“banyak orang diluar sana, tidak sekolah hidupnya sukses. Punya mobil, punya rumah, punya toko, punya blackberry.”

“Banyak sarjana ya nganggur tu pak.”

“Ada temanku, waktu di sekolah katanya selalu rangking satu, sekarang malah jadi babu.”

“ Di TV aku liat orang-orang pinter bu, eh malah pinter ngapusi rakyat, malah di dipenjara.”

Hal-hal tersebut  di atas tentu sangat menggelitik saya dan kawan-kawan sebagai guru. Semua itu membuat kita berfikir, apakah benar yang kita berikan itu adalah sesuatu yang memang mereka butuhkan. Kalau memang iya, apakah kita pernah bertanya kepada mereka, apakah kita pernah menyampaikan hubungan satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Apakah kita memberikan sesuatu yang mereka harapkan, sesuatu yang berhubungan dengan hidupnya saat ini dan kelak. atau memang masa bodoh saja dengan semua itu.

Saya berdiskusi dengan kawan-kawan di komunitas, seringkali sampai larut malam.  Beberapa hal di bawah ini, mudah-mudahan menginspirasi pembaca catatan ini.
  • Temukan hubungan atau relevansi antara mata pelajaran yang anda ajarkan dengan mata pelajaran lain. Berdikusilah dengan kawan-kawan guru, kepala sekolah dalam satu sekolah atau kawan guru di sekolah lain.  Siswa akan senang mengalami keterkaitan itu. Geografi dengan biologi, berinteraksinya dengan sejarah, dengan bahasa (literasi), presentasikan dengan bahasa inggris dll.
  • Sampaikan kepada siswa hubungan bab ini dengan bab-bab berikutnya. Siswa akan lebih tertarik bila mendapat penjelasan sebelumnya. Mungkin diawal semester, guru dapat membuat mapping (peta) perjalanan mereka selama satu semester atau setahun. Tempel di dalam kelas. Buat semenarik mungkin. Ilustrasikan seperti peta perjalanan mencari harta karun.
  • Sampaikan hubungan bab yang di ajarkan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mungkin berkaitan dengan hobi siswa, mungkin berkaitan dengan keadaan di rumah siswa,  pekerjaan orang tua mereka dll.
  • Sampaikan hubungan antara yang sedang mereka pelajari sekarang dengan kehidupan mereka di masa depan. Misalkan dengan mata kuliah di universitas, dengan lapangan pekerjaan yang akan mereka dapatkan nanti, hubungan sosial yang akan mereka hadapi, kerja sama tim dll.
  • Sampaikan bahwa beragamnya mata pelajaran disekolah di sebabkan karena pilihan siswa begitu banyak untuk di tekun di  SMA, SMK, Politeknik  dan Universitas. Tidak ada satupun yang sia-sia. Guru harus menyampaikan itu dan buktikan dengan memberikan diskripsi yang akurat. Berdiskusi dengan praktisi di luar sekolah, pekerja lapangan, aktivis sosial, penulis buku, pakar lingkungan, orang-orang di universitas dll. Bila perlu undang mereka ke dalam kelas. Salah satu orang tua siswa mungkin secara bergantian dapat menjadi speaker di dalam kelas. Orang tua dapat bercerita pengalamannya, dapat mendemonstrasikan keterampilan unik yang dimilki.  Tidak harus orang hebat versi guru, tukang servis radio dan arloji, tukang taman, petani bawang, pegawai kecamatan bisa memberi kisah-kisah keterampilan yang inspiratif.

Semoga menginspirasi.

Kalibaru banyuwangi, 01 februari 2011
pagi-pagi sekali sebelum di SMK Negeri 1 Jember

31 Januari 2011

Yang Terlupa (2)

bagian 2:  Siswa Fokus Belajar

Yang ingin saya sampaikan pada bagian kedua ini adalah hal penting yang sering saya lihat di dalam kelas. Karena sering, kemudian menjadi biasa, kemudian menjadi tradisi, bahkan mendapat “legitimasi”, yaitu siswa tidak fokus pada belajarnya sendiri.

Siswa sibuk membandingkan dirinya dengan siswa lain. Siswa belajar hanya untuk kepentingan nilai atau skor. Siswa sibuk dengan pikiran bagaimana siswa lain melihat dirinya. Mereka belajar demi sebuah “penghargaan” bukan belajar demi kepentingan hidupnya. Hasilnya adalah perasaan khawatir yang berlebihan terhadap hasil ujian, perasaan dikalahkan oleh saingan bahkan seringkali hasil belajar itu tidak membekas sedikitpun ketika mereka telah dinyatakan selesai oleh suatu peristiwa bernama ujian.

“Wah, itu kan pelajaran kelas satu, bu.”
"Sudah lupa , pak."

Jika siswa fokus pada belajar, siswa akan memilki ketertarikan untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh dari sekolah. Siswa akan berupaya mencapai kemampuan maksimalnya, akan berusaha memahami apa yang telah dipelajari dan siswa akan menunjukkan perhatian yang terus meningkat terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

Bagaimana meningkatkan fokus belajar siswa? Tiga hal berikut ini semoga menginspirasi:

1. Kemampuan prima
Salah satu tugas guru adalah melatih siswa mencapai kemampuan prima. Yakinlah, pada setiap diri siswa telah dibekali kemampuan belajar secara alamiah. Guru seperti pelatih atlit, menyiapkan dan mengantarkan siswa berada dalam kemampuan prima setiap hari. Bedanya, jika olahragawan bersaing dengan atlit lain, siswa berlomba dengan dirinya sendiri.

Setiap siswa dapat mencapai kemampuan prima jika dia fokus kepada apa yang telah dia pelajari, pengetahuan apa yang telah dia miliki, keterampilan apa yang telah dia kuasai setelah dia belajar dengan gurunya di sekolah. Kesadaran-kesadaran seperti ini harus bisa diinventarisasi sendiri oleh siswa.

Saya mengusulkan  semacam jurnal belajar personal atau apalah namanya yang berisi rekaman kemajuan siswa yang bisa diperiksa oleh guru  setiap saat.  Berikan kebebasan kepada siswa sendiri untuk mengekpresikan hasil belajarnya pada halaman jurnal agar guru juga mendapatkan feedback yang lebih jujur untuk peningkatan penampilan mengajarnya.

2. Kurangi perhatian mereka yang membandingkan hasil belajarnya dengan siswa lain.
Setiap siswa harus bisa melihat peningkatan kemampuan dirinya dari hari ke hari. Siswa harus mencapai keadaan bahwa mereka belajar atas alasan personal bukan semata-mata persaingan kelas atau sekedar sebuah nilai di dalam rapor, ijazah atau peringkat kelas.

Hal kecil yang sering dianggap bukan masalah adalah cara guru memberi motivasi yang kurang tepat.
“Ayo dong, kalian harus bisa seperti Yeri”.
“Ayo Budi, bisa kan kamu seperti Romli.”
“Wah, pak guru berat ngajar kelas ini, seandainya kalian seperti kelas sebelah, saya akan sangat salut terhadap kalian, ayo tunjukkan kamu bisa lebih baik dari mereka,”

Boleh jadi Yeri, Romli dan kelas sebelah semakin termotivasi, semakin percaya diri. Tetapi hal yang harus disadari juga oleh guru bahwa semangat tiga puluh delapan anak yang lainnya di kelas itu, terjun bebas sampai ke dasar jurang. Semakin sibuk siswa membandingkan dirinya dengan siswa lain semakin berkurang perhatiannya terhadap tugas belajarnya. Siswa akan kehilangan kepercayaan pada kemampuannya sendiri dan menetapkan standar kemampuannya pada kemampuan siswa lain. Lebih baik atau lebih buruk dari siswa lain.

Kenali setiap potensi diri siswa. Berikan kepercayaan kepada setiap siswa bahwa mereka dapat mencapai kemampuan primanya dengan cara fokus kepada tugas-tugas yang diberikan kepadanya, fokus pada feedback  nilaii yang diberikan guru, bandingkan dengan feedback  nilai sebelumya dan dorong siswa menemukan cara terbaiknya sendiri untuk meningkatkan hasil belajar pada sesi berikutnya.

3. Berikan pemahaman kepada siswa bahwa proses belajar sama penting dengan hasilnya.
Prestasi belajar seringkali dipandang secara sempit, yaitu nilai atau skor yang di peroleh siswa. Maka tidak heran, mengapa hasil pembelajaran tidak begitu banyak membawa perubahan pada cara berfikir siswa, logika, gagasan, tingkah laku walau telah belasan tahun duduk di bangku sekolah.  Saya tentu tidak ingin mengatakan bahwa nilai atau skor itu tidak penting, tetapi siswa harus dapat memahami bahwa proses untuk mencapai hasil itu juga tak kalah penting. Dan di dalam prosesnya itu sendiri, telah ada pencapaian-pencapaian (prestasi), seperti kemampuan siswa menyerap  keterampilan dan pengetahun baru dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

kisah-kisah di beberapa media seperti berikut, tentu sangat lucu bila kita cermati:
- sekolah mengadakan try out  untuk mengukur kesiapan siswa dalam menghadapi ujian nasional. Skor yang di capai akan menjadi bahan masukan bagi sekolah dan bagi siswa itu sendiri. lucunya, siswa berusaha  'nyontek' mati-matian.
- siswa bunuh diri karena tidak lulus ujian nasional
- guru 'membantu' siswa dengan memberi jawaban di hari ujian nasional
- orang tua siswa datang ngluruk guru ke sekolah karena merasa putrinya tidak mendapat nilai yang mestinya lebih tinggi dari si A, si B,dan si C.
- siswa tidak naik kelas, karena ada dua nilai yang kurang dari KKM. (duh, yang ini bukan kisah lucu,tapi biadab)


Semoga menginspirasi.


Mumbulsari, 30 Januari 2011
Menunggu hujan reda

27 Januari 2011

Yang Terlupa (1)

Seringkali karena alasan target kurikulum, atau merasa hal ini bukan bagian dari kompetensi yang di ajarkan, kita lupa bahwa salah satu peran guru adalah Sang Motivator. Catatan saya berikut ini, semoga menginspirasi para guru, para siswa juga para orang tua dalam menemani putra-putrinya belajar.

Bagian 1: kepercayaan diri dari siswa dalam proses belajarnya.

PDS (Percaya Diri Siswa) adalah kepercayaan atau keyakinan siswa pada kemampuannya untuk dapat memahami atau mengerti pelajaran yang akan diberikan guru, kepercayaan untuk dapat mengerjakan tugas-tugas dari  guru, kebersediaan menghadapi tantangan, juga kebersediaan siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Siswa yang mempunyai kepercayaan diri positif, cenderung akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Mereka akan lebih antusias, berusaha keras, optimis, dan menikmati kehidupan sekolahnya.

Oleh karena itu PDS merupakan hal mendasar yang dapat menentukan keberhasilan belajarnya. Berikut ini adalah  tiga tip meningkatkan PDS. 

1. Jangan biarkan siswa terperangkap dalam pikiran negatif pada dirinya sendiri.
Seringkali, ketidakpercayaan siswa terhadap kemampuan dirinya dikarenakan mereka terjebak atau jatuh ke dalam “perangkap” pikiran-pikiran negatif tentang diri mereka sendiri.

Perangkap itu antara lain:
  • Selalu melihat sisi negatif dari pada sisi positif dari diri mereka sendiri. 
Siswa yang tidak mampu melihat sisi positifnya, akan terus memunculkan pikiran-pikiran negatif dalam menghadapi proses belajarnya. Contoh: Ketika mereka mendapatkan nilai bagus, mereka berpikir, “ Ah, ini cuma guruku saja yang kasihan padaku”.  “Ah, ini mungkin karena di rata-rata saja oleh guru.”  Jika tidak dihentikan, perasaan-perasaan negatif ini akan terus berkembang, sampai anak ini tidak akan pernah mampu lagi mengenali potensi dalam hidupnya.
  • Itu tidak mungkin, mustahil.
Seringkali saya temukan, bahwa lebih dari separuh siswa di dalam kelas adalah siswa-siswa tanpa kepercayaan diri dapat mencapai seperti yang didapat oleh oleh siswa berlabel “pandai”. Sebagaian besar mereka menganggap bahwa pencapaian sebagian siswa yang lain adalah seperti gunung yang tak mungkin terlewati. Cara pandang seperti ini yang terus menerus, akan membuat siswa melabel dirinya bahwa dia adalah siswa yang tidak pandai, atau dengan malu-malu siswa mengatakan, “ ya, kalo saya gak bisa bu, seperti Evi.”, “saya rata-rata saja, pak. Nggak goblok, ya nggak pinter.”   

2. Dorong kepercayaan diri siswa dengan membagi tugas-tugas sekolah kedalam beberapa bagian kompetensi.

Hal ini saya anggap adalah bagian penting dari cara-cara meningkatkan motivasi belajar di dalam kelas. Siapapun siswa itu, masing-masing siswa harus pernah melewati pengalaman berhasil. Pengalaman berhasil inilah yang akan mendorong siswa mencapai keberhasilan berikutnya. Pengalaman ini akan menumbuhkembangkan kepercayaan terhadap dirinya. Pengalamam berhasil ini akan memberikan rasa antusias untuk menghadapi pengalaman belajar selanjutnya. Apa yang bisa dilakukan guru?
  • Membagi satu kompetensi kedalam beberapa sub kompetensi. Jika dirasa perlu, bagilah sub kompetensi menjadi beberapa sub-sub kompetensi.
  • Hargailah setiap potongan-potongan keberhasilan itu sebagai keberhasilan siswa. Pujilah dengan tidak berlebihan, ucapkan kata salut agar siswa terdorong mendapat tugas yang lebih menatang.
3. Perluas wawasan siswa dalam memandang keberhasilan.

Hal  lain yang sering saya lihat di dalam kelas adalah cara pandang siswa terhadap apa itu keberhasilan, apa itu kesuksesan belajar. Tidak jarang saya mendapat jawaban bahwa mereka tekurung dalam terminologi, keberhasilan belajar itu adalah menjadi yang ‘ the best’ di dalam kelas, peringkat satu di dalam kelas ‘best of the best’, meninggalkan atau mengalahkan siswa lainnya.

Guru harus memberikan pemahaman kepada mereka, bahwa keberhasilan belajar bukan sekedar seperti itu tetapi jauh.. jauh.. jauh.. jauh... lebih luas dari itu. Apa itu? Tunjukkan kepada siswa bahwa keberhasilan itu juga termasuk kemampuan siswa berproses, meningkatnya skill  (keterampilan), meningkatnya kemampuan diri dari sebelumnya, keberhasilan mengetahui atau memahami sesuatu yang baru, terampil dalam dalam memecahkan masalah, kerberhasilan bersosialisasi dalam kelompok , keberhasilan menemukan cara belajarnya yang efektif. Cekatan, cepat tanggap, rasa peduli, perhatian juga adalah keberhasilan.

Dan hal penting, ingin saya tulis dengan huruf kapital  dan tebal: MOTIVASI DAPAT DI PELAJARI DAN DAPAT BERUBAH. JANGAN SEKALI-KALI MELABEL,  ANI ANAK YANG TERHEBAT, ALI YANG TERMALAS, LAINNYA TERGANTUNG ANGIN.

Semoga menginspirasi.

Jember, 27 Januari 2011
Di Pasar Loak Gebang, sambil menunggu jahitan sepatu.

23 Januari 2011

Selamat Datang Fujiyama

Ketika hidup kurang bergairah, jenuh dengan yang begitu-begitu saja, bosan dengan apa yang telah saya dapat juga apa yang telah hilang, biasanya saya menonton film dokumenter karya national geography, BBC dan yang paling sering adalah membaca buku dengan genre catatan perjalanan.

Buku catatan perjalanan sesorang cukup memberikan inspirasi dan  motivasi  kepada saya dalam menjalani rutinitas yang semakin komplek. Membaca lembar demi lembar buku-buku perjalanan, seolah-olah  saya terlibat langsung di dalamnya. Di pesawat, di kereta, di tempat-tempat yang mereka kunjungi, pertunjukan yang mereka ikuti, peristiwa yang mereka alami di antrian tiket, di ruang tunggu, di restoran juga di penginapan. Mereka meyuguhkan fakta dan informasi aktual yang mereka lihat secara langsung dan seringkali dibandingkan dengan daerah asal sang penulis. Terkadang lucu, terkadang haru. Semua itu begitu berkesan bagi saya.

Namun catatan perjalanan yang dibukukan tidaklah banyak. Diantara deretan ratusan buku di rumah saya, ada satu buku yang berisi kumpulan catatan perjalanan yang ditulis oleh Sigit Susanto, di sunting oleh Puthut EA, berjudul ‘Menyususuri Lorong-lorong Dunia’. Buku ini berkisah tentang perjalanan penulis di beberapa negara bersama istrinya claudia beck, seorang perempuan berkebangsaan Swiss (Switzerland).
.
Buku kedua yang saya miliki lebih spesial, ditulis oleh Sunyoto, berjudul 'Fujiyama, Catatan Perjalanan I'. Yang membuat saya kaget adalah buku karya sunyoto ini, berada di deretan buku-buku motivasi di sebuah toko buku diskon. Persis seperti minat saya, membaca buku catatan perjalanan untuk memotivasi semangat hidup. Sungguh ini baru yang pertama dari puluhan toko buku yang sudah saya kunjungi.  Sebuah buku catatan perjalanan seseorang yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada pembacanya.

Buku ini bukan bercerita tentang pendakian gunung fujiyama.  Buku ini berkisah tentang perjalanan Sunyoto di negeri matahari terbit. Negeri yang pernah berlabel penjajah di negeri penulis buku. Detail-detail tentang Jepang dia uraikan, dia suguhkan kepada para pembaca sambil merefleksikan nilai-nilai hidup, keteladanan dan semangat juang.

Kehadiran buku ini menjadi penting untuk di baca oleh siapa saja. Buku ini unik, karena tidak hanya menuturkan catatan perjalanan, tetapi banyak sekali pesan moral yang disampaikan. Melakukan perjalanan sambil membaca kebesaran Tuhan, mensyukuri nikmat yang telah kita terima, mendorong kita pada kata arif dan bijaksana, “ hari ini harus lebih baik dari  hari kemarin”. Seperti puisinya yang terinspirasi ketika melihat Fuji Yama,

Alhamdulillah
Atas ijin-Mu kusaksikan dengan mataku
Hamparan putih salju
Bertebar di kiri kanan jalanku
dingin raga kepulkan asap lewat mulutku
Membuka keyakinan akan kebesaran-MU

Subhanallah
Kau perkenankan aku hadir di situ
Di puncak fujiyama aku terharu
betapa kecilnya aku
kotor dan lemah di hadap-Mu

Pintaku jangan halangiku
Tuk mendekat-Mu

Selamat datang Fujiyama di perbukuan nasional. Selamat datang penulis baru.

22 Januari 2011

Untuk Sahabat Saya Yang Sering "Menghina" Saya Agar Kelak Jadi Mendiknas (maaf..pak m.nuh)

kesempatan itu terjadi tahun 1998. saat mahasiswa menduduki gedung DPR dan menurunkan Soeharto. kita tak pandai mengambil momentum itu untuk melesat menuju cita-cita para pendiri republik ini.
apa yang terjadi?
Pada saat ruang reformasi itu tidak dimanfaatkan secara maksimal, para pemegang satus quo berhasil melakukan konsilidasi dan mengatur strategi yang lebih solid. akibatnya, sekarang pungutan liar (pungli) dilakukan secara lebih terbuka mengarah kepada semi legal.

ini lingkaran setan. kemiskinan, kebodohan dilestarikan penguasa dengan cara memberi UANG TUNAI kepada rakyat miskin, memberi dana BOS untuk sekolah, memberi uang tunai kepada siswa miskin(BKSM) dll, yang jika kita tahu itu, tujuannya adalah mengabadikan kursi empuk alias kekuasaan. maaf.

apa yang lebih baik versi saya:
1. bantu rakyat miskin, dengan menutup pabrik rokok, atau minimal mengurangi dengan cara yang bukan main-main, misalnya:
  • siswa miskin tidak akan pernah mendapat beasiswa, jika bapaknya seorang perokok.
  • rokok eceran dijual di tempat terbatas dan berijin, dengan harga minimal kisaran Rp. 5.000 perbatang.
(jangan bicara meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejateraan rakyat dengan mengabaikan komsumsi rokok terutama bagi orang miskin secara nasional. faktanya, orang miskinlah yang paling banyak mengkonsumsi rokok, termasuk saya. analisis ekonominya, jika orang miskin membeli 1 pak rokok 'jelek' dengan harga rp.3.500 saja per hari, satu bulan rata-rata akan mengeluarkan Rp. 105.000, atau sekitar 630.000 dalam enam bulan setara dengan SPP per semester pascasarjana universitas negeri malang. masih kembali rp.30.000.

2. bantu rakyat miskin dengan menciptakan kesadaran baru bahwa kebutuhan mereka setelah perut adalah menyekolahkan anak. (panggil ke kelurahan atau balai desa bagi orang tua yang coba-coba tidak menyekolahkan anaknya)

3. bantuan layanan kesehatan juga tabung gas (konversi mitan ke gas) hanya akan diberikan kepada orang miskin yang punya anak sekolah atau kepada mereka yang memang miskin tidak punya anak


4. batasi penjualan sepada motor dengan cara tidak ada uang muka rendah. minimal separuh harga, sekitar 6 juta.

5. tegaslah pada bentuk tayangan televisi yang hanya mendorong nafsu konsumtif. alihkan mereka agar naluri 'kewirausahaan' bangkit.

6. berikan beasiswa bagi anak miskin yang berprestasi, jangan pukul rata. jangan yang muluk-muluk, hargai prestasi mereka walau hanya juara renang, menang lomba gasing tingkat RT harus diakui sebagai prestasi.

7. murahkan buku-buku dengan cara subsidi kertas dan penerbit. percetakan negara harus diberi tugas ini.

8. dorong orang-orang di universitas, di sekolah-sekolah untuk menterjemahkan buku-buku internasional.

9. perkuat HANSIP (bukan tentara), dorong ibu-ibu PKK untuk memahamai apa itu kemiskinan, pendidikan, dan bekal teknis pekerjaan sebagai relawan.

10. budayakan ”berbagi” sesama. misalkan, guru atau dosen berstatus pegawai negeri, merelakan rp. 10.000 setiap bulan untuk mendukung program pendidikan.

ilustrasi untuk kabupaten jember: ada sekitar 11.000 guru PNS, jika mereka rela menyerahkan rp.10.000 saja, akan ada uang setiap bulan rp.110.000.000  atau rp.1 milyar 320 juta setahun atau akan ada 27 taman baca layak bagi orang miskin dan anak-anaknya atau 81 unit dalam tiga tahun meyebar di 31 kecamatan. taman-taman baca ini akan dikelola oleh para sukarelawan yang bisa di comot dari sahabat, rekan-rekan saya para mahasiswa FKIP universitas jember (semoga mau).

11. Pentung pake spidol orang-orang yang coba-coba ngakali fakir miskin dan anak terlantar, karena dia menyakiti negara.

"saya tulis catatan ini, saat berkunjung ke TKBM (tempat kegiatan belajar mandiri) SMP terbuka yang menginduk ke SMP negeri 9 jember sekitar 4 minggu yang lalu. saya lupa menulis tanggalnya."

Andai Kau Jadi Pacarku

aku ingin mengajakmu berkeliling, menyaksikan dan mengetahui adat isitiadat dan budaya orang lain, mengunjungi tempat-tempat terkenal seperti borobudur, machu pichu, taj mahal, eiffel  dll.

kelak kita akan terlibat di acara bullfight di mexico dan spanyol, memotret acara oktoberfest di munich. suatu saat nanti ketika kau bersamaku, kita akan menghabiskan waktu sabtu minggu memancing di irlandia, atau kita akan meluangkan waktu tiga sampai empat hari, camping di alam terbuka. dan kita akan berada di kapal pesiar selama seminggu menuju miami yang romantis.

papuma (pasir putih malikan) jember, east java, indonesia
aku dan kamu juga di senggigi. di bali kita tak henti bercerita tentang sunset  kuta, ngaben, pura dan kita memakai sarung bali dan bunga cempaka di salah satu festival di sana.

aku juga akan mengajakmu mengunjungi kerabat dan keluargaku, tempat orang tuaku dimana mereka dilahirkan, kita akan minum teh di rumah teman-teman lamaku di seluruh dunia, teman-teman waktu aku di sekolah. kita akan mengunjungi makkah, madinah, mesir juga yerusalem, dan kita akan selalu bergandengan tangan di sepanjang malamnya, dibawah sinar bulan.

pada bulan juli agustus (karena bulan-bulan ini waktu yang tepat) kita akan bersantai di pantai pantai italia dan spanyol. kita juga akan melakukan perjalanan untuk tujuan kesehatan ke singapore, china dan tibet.

dan pada suatu saat nanti, kita terlalu sulit melupakan kenangan kita bersepeda di eropa, juga saat-saat kita menikmati arung jeram di colorado, penssylvania dan arizona.

dan buku harian kita penuh dengan cerita bahagia.


(catatan ini di adaptasi dari makalah saya berjudul" multi efek industri pariwisata" yang saya presentasikan pada kegiatan "pembinaan pramuwisata muda tahun 2002", tanggal 25 juni 2002 di aula hotel jember indah. kegiatan ini di selenggarakan dan di danai oleh dinas pariwisata dan kesenian kabupaten jember)

(membaca catatan saya diatas, saya bermaksud meyebutkan alasan-alasan orang melakukan perjalanan wisata, sebagai dasar para pengambil kebijakan pariwisata membagun daerah tujuan wisata)

21 Januari 2011

Media Belajar Mengajar Di Kelas Super Inspiratif

catatan berikut adalah untuk rekan-rekan saya, sahabat-sahabat saya yang tidak seberuntung saya dapat mengajar di kelas-kelas super canggih dengan fasilitas, laptop, audio-vidio visual, powerpoint, flash, layar sentuh, interactive board, boardmarker, whiteboard, LAN (local area network), WIFI, unlimeted internet access, flat / LCD TV, air condition, lantai berkarpet, remote control dll, di setiap ruangnya (rintisan sekolah bertaraf international).

kalian mengajar dengan lesehan, membawa jatah dua batang kapur tulis, seringkali tanpa meja, cendela tanpa kaca, saya melihat dengan mata kepala sendiri. kelas kalian kalah canggih, tetapi kelas saya kalah spirit dengan kelas kalian. memang kelasmu tanpa powerpoint, tanpa laptop, tetapi kelas saya kalah humanis dengan kelasmu.

begitu yang ingin saya tulis untuk kalian, dan untuk saya sendiri.

tehnologi seringkali di artikan dengan peralatan baru dan canggih, komputer, LCD, dan wireless (tanpa kabel). seringkali guru terlena, sekolah seringkali hanya tertarik memikirkan hal-hal  besar, melupakan hal-hal sederhana yang justru sangat diperlukan bagi warga sekolah (baca:siswa).

guru seringkali berfikir bahwa tehnologi itu adalah komputer canggih dan nirkabel, sopan santun dan moral selalu wilayah agama, kelas unggulan adalah kelas bertaraf internasional, pembelajaran menarik kalau pakai LCD, powerpoint, dll. melupakan bahwa selembar bungkus kosong bekas sampho shacet dapat menjadi media belajar yang dahsyat, media paling dekat dengan kehidupan siswa utuk belajar (murah seringkali gratis untuk mendapatkannya).

ada bahasa inggris disana, ada logo korporasi lengkap dengan 'tag line'nya, ada desain grafis, ada harga (nilai), ada poin-poin 'marketing', nomor telp layanan konsumen (free toll: saya pernah iseng nanya ke 2 siswa sma tentang ' what do you know about 'free toll?, jawabannya 'i dont know' tuh), ada barcode (what is it?),  bahan (apaan nih: water, sodium,  laureth, dodecylbensenesulfonate, sulfat, cocamydopropyl, betaine dll) ada kampanye lingkungan sehat (cara penanganan sampah), apa netto (ml/ukuran)?, ada cara penulisan alamat lengkap yang tepat dan benar dan banyak lagi di selembar bungkus kosong itu.

selanjutnya, adalah tugas guru menghubungkan semua informasi dan pengetahuan itu dengan kurikulum kemudian mengemas kegiatan kelas menjadi interaktif dan menarik. dengan demikian, siswa merasa belajar sesuatu yang berhubungan dengan hidupnya, siswa akan merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang berarti untuk dirinya, untuk masa depannya.

itu baru dari satu lembar bekas sampho sachet. informatif dan tentu up to date.

(minggu lalu saya melihat kawan saya koreksi soal try out ujian nasional (mungkin bahasa inggris) di mejanya yang memakai jadwal dan tarif penerbangan 'sempati air', sebagai ilustrasi soal.  entah karena guru itu tidak tahu atau malas bikin soal baru, yang nyata-nyata 'sempati air' itu sudah tidak beroperasi sejak 5 Juni 1998. (12 tahun yang lalu). perusahaan itu dinyatakan pailit alias bangkrut oleh pengadilan niaga jakarta pusat tanggal 5 Juli 1999).

semoga menginspirasi.