Riyadi Ariyanto, BERBAGIHappy@FREE Workshop: Happy Learning
TK. Dharma Wanita, Ajung-Jember, Sabtu 19 Mei 2012
Bermain adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
anak. Bermain, baik sendiri atau bersama dengan teman lainnya adalah
sebuah kodrat dalam tumbuh kembang setiap anak. Secara intuitif, guru di PAUD
dan TK mengetahui bahwa bermain berperan sangat positif terhadap kesehatan
fisik anak, kecerdasan sosial-emosional dan kreatifitas. Pada saat anak-anak
bermain, guru dapat mengetahui secara langsung melalui
obeservasi/pengamatan perkembangan anak-anak setiap hari.
Guru melakukan observasi saat anak bermain di dalam ruang
atau di luar – berlari, melompat, mendaki, menendang bola, menari dll. Guru
mencatat pertumbuhan mawas dan percaya diri anak, keseimbangan badannya,
juga perkembangan koordinasi antara gerakan tangan dan mata. Saat mereka
bermain “Susun Balok” atau permainan-permainan manipulasi lainnya, guru bisa
mengamati pertumbuhan otot kecil mereka yang luar biasa.
Guru mengamati kemampuan per seorang anak saat
terlibat dengan berbagai macam permainan, dan dengan cepat guru dapat
mengetahui bahwa semakin hari permainan mereka semakin komplek dan kreatif.
Guru dapat melakukan assessment/penilaian perkembangan masing-masing anak
tentang bagaimana anak menentukan permainanannya, mengambil keputusan tentang
bahan, jumlah, jenis dll, juga bagaimana ide dan pendapat anak mengenai
permainan yang diinginkan, serta melihat perkembangan anak dalam mengikuti
aturan permainan. Guru juga dapat mengambil bagian sebagai anggota dalam
permainan anak, membagikan bahan-bahan/ alat-alat, atau bersama dengan
anak-anak memecahkan setiap permasalahan yang muncul selama permainan
berlangsung.
Dan akhirnya, setiap hari guru bisa mengobservasi coretan
dan gambar anak, bangunan balok atau permainan maniplulasi anak yang lain, dan
menggunakan hasil permainan kreatif anak tersebut unyuk kepentingan banyak hal.
Seringkali, baik sedikit maupun tidak ada campur tangan orang dewasa sama
sekali, permainan anak itu sangat mendukung anak–anak untuk dapat
mengekpresikan diri secara unik dan luar biasa kreatif, megekplorasi
bahan-bahan baru dan menggunakan bahan-bahan permainan yang sudah biasa dengan
cara baru dan lebih komplek.
Bagaimana bermain dapat mendukung perkembangan yang luar
biasa bagi anak? Apakah permainan juga bisa menstimulai perkembangan
kognitif anak, mendukung kemampuannya pada science, matematika, bahasa
dan literasi anak?
Permainan dan Pertumbuhan Kognitif Anak
Dengan melihat secara dekat apa sebenarnya yang terjadi
dalam permainan anak, kita akan mengetahui bahwa permainan-permainan itu tidak
hanya menstimulasi fisik, sosial-emosional dan kreatifitasnya, tetapi
permainan-permainan itu adalah alat paling efektif bagi anak untuk
mengekplorasi dunia, mengetahui apa yang ada di dunia nyata dan memahami
bagaimana dunia ini bekerja. Coba lihat, sekelompok anak yang bermain ‘Susun
Balok’, permainan menyusun/mendirikan bangunan/blok dengan balok-balok kayu.
Mula-mula, mereka mendekatkan berbagai macam ukuran balok, bentuk, terus
disusunnya saling bersilang keatas kesamping diatas karpet. Mereka menempatkan
balok yang lebih besar diatas yang kecil, meletakkan balok persegi diatas balok
segitiga, menempatkan balok secara sembarangan atau untung-untungan sehingga
bagunan “Tower’ nya terlalu mudah roboh. Salah seorang anak diantara mereka
punya ide! Mungkin, kalau kita membangunnya dengan meniru bentuk aslinya,
“Tower” kita akan berdiri lebih baik! Dengan cepat mereka setuju untuk
mencobanya, memulai membangunnya kembali. Ah! Tidak beruntung! Bangunannya
roboh disaat-saat terakhir. Seorang anak diantara mereka juga, mengatakan bahwa
itu gara-gara permukaan dasarnya yang “bergoyang”, karpetnya mudah bergerak.
Mereka pindah tempat, mencari dasar permukaan yang lebih keras, mereka
membangunnya kembali di atas lantai. Sekarang bangunan towernya tegak berdiri.
Lebih tinggi sedikit dari sebelumnya. Setelah mereka menyadari bahwa balok
kecil dapat berada diatas yang lebih besar, mereka mulai lebih berhati-hati
memilih ukuran balok-balok itu, menempatkan balok-balok yang lebih besar pada
bagian paling bawah. Kemudian, bangunan mereka, lebih tingi dan lebih tinggi.
Mereka sangat senang dengan keberhasilannya, anak-anak itu memanggil gurunya
untuk menyaksikan hasil karya mereka.
Bagaimana permainan dapat bertemu dengan standar kompetensi
dan tujuan pembelajaran?
Melalui permainan, anak-anak secara aktif terlibat dalam
permasalahan yang muncul, mengekplorasi solusi, dan membangun pemahaman dunia
nyata tentang konsep dan fungsi. Dengan membandingkan, menggabungkan informasi
yang didapat dari pengalaman barunya dengan apa yang telah diketahui
sebelumnya, mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan tentang dunia. Bagaimana
dunia ini bisa berjalan.
Pada saat yang sama, kelompok anak-anak yang membangun
‘Tower’ tersebut, telah menginisiasi kerikulum pada tujuan pembelajaran science untuk
lingkup pengetahuan, keterampilan dan metode dalam science. Melalui
bangunan sederhana itu, anak-anak telah mengekplorasi macam-macam benda
(karpet, lantai keras, perbedaan ukuran dan bentuk-bentuk balok). Mereka telah
melakukan investigasi hukum sebab akibat dan menarik kesimpulan dari apa yang
terjadi. Mereka mengalami sebuah petualangan pengetahuan dan menyadari suatu
formula: bangunan dapat berdiri lebih mudah diatas permukaan yang keras; balok
besar lebih baik ditempatkan dibawah. Mereka telah merangkum teori mereka
sendiri tentang bagaimana cara mendirikan bangunan tinggi. Ketika mereka
meneruskan atau melanjutkan permainan susun balok ini – walapun tanpa
intervensi orang dewasa- anak-anak akan menemukan sendiri informasi atau
pegetahuan-pengetahuan baru tentag jenis-jenis balok yang lain, memproduksi
gagasan-gagasan baru juga pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang bisa dan apa
yang tidak bisa, apa yang cocok dan tidak cocok, tepat dan tidak tepat, dan
secara bertahap mereka memperbaiki sendiri teori/konsep yang telah mereka
miliki tentang bangunan tinggi.
Bagaimana guru dapat mengambil manfaat dari permainan itu
untuk mendukung perkembangan kognitif anak? Apa yang bisa dikembangkan setelah
anak berhasil mendirikan “blok bangunannya”? Bagaimana guru dapat membawa
pengalaman bermain sebelumnya menuju pengalaman science yang lebih luas
dan lebih dalam? membawanya ke dalam area matematika, bahasa/komunikasi
dan literasi, dan mempertemukannya dengan standar kompetensi kurikulum?
Membangun Kurikulum Berbasis Permainan Anak.
Guru dapat mengambil manfaat dari tingginya minat dan
keterlibatan aktif anak dalam permainan balok dengan merencanakan sebuah
kurikulum seputar topik ‘struktur bangunan’ dan menghubungkannya dengan
pencapaian kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran menjadi sebuah unit
pengalaman belajar berbasis permainan yang sangat terencana. Untuk bisa
mengerjakan itu, guru:
menyiapkan lingkungan yang dapat menstimulasi
permainan;
sediakan gambar, alat tulis untuk mendokumentasikan
permainan anak, bahan-bahan/alat-alat permainannya.
ciptakan waktu dalam kegiatan harian untuk melakukan diskusi
dan merefleksi permainan yang secara kelompok maupun invidual.
gunakan strategi mengajar yang membantu anak dapat
merefleksi permainannya, dan memancing daya berfikirnya untuk menghubungkan
dengan area kompetensi, science, matematika, sosial-emosional, bahasa,
kesehatan, dll).
Melalui perencanaan pengalaman belajar berbasis permainan
seperti ini, guru telah memberikan pengalaman belajar standar matematika (angka
dan operasional bilangan, geometri, ruang, rumus dan pengukuran) dalam sebuah
pembelajaran yang kontektual dan bermakna. Guru juga bisa mengintegrasikan
pembelajaran bahasa dan literasi dalam permainan balok ini, dengan membantu
anak berdiskusi tentang permainan/bangunan baloknya, juga dengan menyediakan
buku fiksi atau non fiksi dengan topik ‘bagunan”.
Menyiapkan lingkungan yang dapat menstimulasi permainan.
Guru menyiapkan lingkungan yang dapat menstimulasi permainan
‘ balok bangunan’ ini dengan meyediakan dan memasang macam-macam gambar
bangunan yang berbeda-beda baik yang sudah biasa dilihat anak maupun yang tidak
biasa dilihat anak (termasuk “tower”/menara); pasang gambar anak dan foto guru
di masing-masing bangunan karya mereka; dan sediakan beberapa buku fiksi
dan non fiksi dengan topik bangunan. Hal ini akan sangat mendorong anak
mencapai puncak minatnya dalam membangun bangunannya dan akan lebih
memprovokasi diskusi anak tentang bentuk (ukuran, model, karakteristik, bahan
bangunan) dan fungsi dari bangunan. Dengan menciptakan lingkungan yang
mengundang anak untuk segera mewujudkan bangunannya, guru juga akan mendapatkan
anak yang secara individu betul-betul tertarik untuk terlibat dalam permainan
ini dalam konteks topik yang akan dipilih oleh kelompoknya.
Guru memperkenalkan, macam-macam bahan balok dalam permainan
itu termasuk ukuran, bentuk, berat, tekstur dari balok. Guru dengan hati-hati
memasukkan pengetahuan tentang jenis dan macam-macam bahan permainan balok,
balok kayu dengan bentuk dan ukuran, balok dari bahan gabus, balok dari
hardboard, dll Semakin beragam bahan balok yang tersedia, akan semakin memperluas/memperkaya
pengalaman anak dalam membangun bloknya, juga akan semakin banyak
informasi/pengetahuan anak yang dapat diperoleh untuk membangun teori anak
tentang bangunan.
Guru menambahkan aksesoris (bahan tambahan) yang
mungkin bisa gunakan dengan blok yang akan dibangun anak, seperti
orang-orangan, binatang, lampu lalu lintas, pakaian dan topi. Bahan-bahan
tambahan itu digunakan untuk menstimulasi anak membangun blok yang lebih
komplek, mendorong pengalaman kreatifitas, emosi dan kepekaan sosialnya serta
menambah suasana sosio-drama dalam kegiatan membangun bloknya.
Mendokumentasi Pengalaman Bermain
Menggambar dan menulis di lakukan untuk memberikan dukungan
kepada anak untuk mengobservasi/mengamati bentuk fisik blok mereka. Guru juga
dapat memberikan bermacam media agar anak dapat merepresentasikan bloknya.
Misalnya, bila fokus permainan blok ini adalah bangunan “Tower”, guru dapat
memberikan selembar kertas panjang sehingga memudahkan anak untuk menggambar
bangunan tinggi. Guru dapat menempelkannya di tembok (dinding kelas) agar anak
mudah menggunakannya.
Memenempatkan kertas dan spidol disamping bangunan blok,
akan sangat baik dan mengundang siswa berimajinas tentang rencana bangunan blok
yang dibangun bila dibangun sampai selesai.
Mendokumentasikan dengan kamera tidak terlalu berguna,
namun, foto akan sangat berguna saat diskusi kelompok untuk menstimulasi
kemampuan bahasa anak dan memperkenalkan kosa kata yang berhubungan dengan
bangunan, seperti atas, bawah, pintu, dasar/pondasi, atap, tangga dll., sambil
lalu guru mendokumentasikan kosa kata tersebut secara tertulis. Bila fokus
bangunaan adalah “Towers”, foto dapat mendoumentasikan secara permanen,
misalkan tinggi “ tower”. Kegiatan ini juga diperlukan sebagai rekaman
anak, agar dikemudian hari bila anak terlibat dalam permainan blok lagi, dapat
dijadikan sebagai pembanding bagi anak itu sendiri atau kelompok lain.
Berikan tantangan dengan menambahi kelengkapan-kelenkapan
kecil lainnya seperti tutup botol, buah, bunga, tempat sampah dll. Dengan
menggunakan bahan-bahan sekunder lain yang bermacam-macam, akan menghindarkan
anak atau kelompok membangun blok yang sama di setiap kesempatan.
Bahan-bahan itu akan menghasilkan informasi baru dan tentunya ide baru
tentang bagaimana menangani bahan-bahan itu.
Waktu untuk diskusi dan refleksi dari pengalaman bermain.
Seringkali ada waktu singkat anak ada disekolah karena
suatu jadwal anak akan dipulangkan lebih cepat, gunakan waktu-waktu
seperti ini untuk melakukan diskusi dan refleksi terhadap permainan-permainan
yang pernah di ikutinya. Dalam play-based kurikulum, waktu seperti ini
dibutuhkan bagi satu anak atau kelompok untuk bertukar pengalaman kesuksesan
atau tantangan yang di hadapinya saat bermain. Ini juga waktu yang baik bagi
guru membagikan foto, gambar, atau hasil karya kongkrit anak agar pengalaman
itu dapat diungkaplan secara verbal.