22 Januari 2011

Untuk Sahabat Saya Yang Sering "Menghina" Saya Agar Kelak Jadi Mendiknas (maaf..pak m.nuh)

kesempatan itu terjadi tahun 1998. saat mahasiswa menduduki gedung DPR dan menurunkan Soeharto. kita tak pandai mengambil momentum itu untuk melesat menuju cita-cita para pendiri republik ini.
apa yang terjadi?
Pada saat ruang reformasi itu tidak dimanfaatkan secara maksimal, para pemegang satus quo berhasil melakukan konsilidasi dan mengatur strategi yang lebih solid. akibatnya, sekarang pungutan liar (pungli) dilakukan secara lebih terbuka mengarah kepada semi legal.

ini lingkaran setan. kemiskinan, kebodohan dilestarikan penguasa dengan cara memberi UANG TUNAI kepada rakyat miskin, memberi dana BOS untuk sekolah, memberi uang tunai kepada siswa miskin(BKSM) dll, yang jika kita tahu itu, tujuannya adalah mengabadikan kursi empuk alias kekuasaan. maaf.

apa yang lebih baik versi saya:
1. bantu rakyat miskin, dengan menutup pabrik rokok, atau minimal mengurangi dengan cara yang bukan main-main, misalnya:
  • siswa miskin tidak akan pernah mendapat beasiswa, jika bapaknya seorang perokok.
  • rokok eceran dijual di tempat terbatas dan berijin, dengan harga minimal kisaran Rp. 5.000 perbatang.
(jangan bicara meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejateraan rakyat dengan mengabaikan komsumsi rokok terutama bagi orang miskin secara nasional. faktanya, orang miskinlah yang paling banyak mengkonsumsi rokok, termasuk saya. analisis ekonominya, jika orang miskin membeli 1 pak rokok 'jelek' dengan harga rp.3.500 saja per hari, satu bulan rata-rata akan mengeluarkan Rp. 105.000, atau sekitar 630.000 dalam enam bulan setara dengan SPP per semester pascasarjana universitas negeri malang. masih kembali rp.30.000.

2. bantu rakyat miskin dengan menciptakan kesadaran baru bahwa kebutuhan mereka setelah perut adalah menyekolahkan anak. (panggil ke kelurahan atau balai desa bagi orang tua yang coba-coba tidak menyekolahkan anaknya)

3. bantuan layanan kesehatan juga tabung gas (konversi mitan ke gas) hanya akan diberikan kepada orang miskin yang punya anak sekolah atau kepada mereka yang memang miskin tidak punya anak


4. batasi penjualan sepada motor dengan cara tidak ada uang muka rendah. minimal separuh harga, sekitar 6 juta.

5. tegaslah pada bentuk tayangan televisi yang hanya mendorong nafsu konsumtif. alihkan mereka agar naluri 'kewirausahaan' bangkit.

6. berikan beasiswa bagi anak miskin yang berprestasi, jangan pukul rata. jangan yang muluk-muluk, hargai prestasi mereka walau hanya juara renang, menang lomba gasing tingkat RT harus diakui sebagai prestasi.

7. murahkan buku-buku dengan cara subsidi kertas dan penerbit. percetakan negara harus diberi tugas ini.

8. dorong orang-orang di universitas, di sekolah-sekolah untuk menterjemahkan buku-buku internasional.

9. perkuat HANSIP (bukan tentara), dorong ibu-ibu PKK untuk memahamai apa itu kemiskinan, pendidikan, dan bekal teknis pekerjaan sebagai relawan.

10. budayakan ”berbagi” sesama. misalkan, guru atau dosen berstatus pegawai negeri, merelakan rp. 10.000 setiap bulan untuk mendukung program pendidikan.

ilustrasi untuk kabupaten jember: ada sekitar 11.000 guru PNS, jika mereka rela menyerahkan rp.10.000 saja, akan ada uang setiap bulan rp.110.000.000  atau rp.1 milyar 320 juta setahun atau akan ada 27 taman baca layak bagi orang miskin dan anak-anaknya atau 81 unit dalam tiga tahun meyebar di 31 kecamatan. taman-taman baca ini akan dikelola oleh para sukarelawan yang bisa di comot dari sahabat, rekan-rekan saya para mahasiswa FKIP universitas jember (semoga mau).

11. Pentung pake spidol orang-orang yang coba-coba ngakali fakir miskin dan anak terlantar, karena dia menyakiti negara.

"saya tulis catatan ini, saat berkunjung ke TKBM (tempat kegiatan belajar mandiri) SMP terbuka yang menginduk ke SMP negeri 9 jember sekitar 4 minggu yang lalu. saya lupa menulis tanggalnya."